Penuntun Jiwa: Mutiara hati
Tampilkan postingan dengan label Mutiara hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mutiara hati. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Maret 2018

Ucapan Gusdur Ini Akhirnya Terbukti

Pada Desember 2015, di markas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta, digelar acara haul ke-6 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Acara haul itu sendiri bertajuk, “Menghadirkan Kembali Spirit Gus Dur”.

Kebetulan saya hadir di acara tersebut karena diperintahkan kantor tempat saya bekerja, sebuah media cetak harian untuk meliputnya. Di acara itu, salah satu yang jadi pembicara adalah Jenderal Purnawirawan TNI Luhut Binsar Pandjaitan.

Ucapan Gus Dur kerap kali selalu terbukti dikemudian hari
Saat itu, Luhut masih menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam). Sekarang setelah reshuffle, Luhut menjabat sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Rizal Ramli. Di acara itu, Luhut mengisahkan kenangannya bersama Gus Dur.

Kata Luhut ada sebuah kisah bersama Gus Dur yang hingga kini tak pernah ia lupakan. Saat itu, ia hendak berangkat Singapura untuk jadi Duta Besar setelah ditunjuk Presiden Habibie.

Waktu itu, kata Luhut, sudah masuk bulan puasa. Satu hari, menjelang dia berangkat, Gus Dur mengundangnya untuk buka puasa bersama. Di acara buka bersama itu, ia ngobrol santai dengan Gus Dur. Dalam obrolan santai itulah, Gus Dur mengatakan pada Luhut, agar tak usah berangkat ke Singapura.

Gus Dur ketika itu mengatakan dapat bisikan sebentar lagi dia jadi Presiden. Kemudian Gus Dur minta, Luhut membatalkan keberangkatannya ke Singapura. Kata Gus Dur, kalau sudah jadi Presiden, ia akan angkat Luhut jadi Kasad. Luhut saat itu memang masih tentara aktif. Pangkatnya Letnan Jenderal (Letjen).

Mendengar ucapan Gus Dur, Luhut mesem-mesem saja. Ia bahkan menganggap Gus Dur sedang ngigau. Ia pun kemudian berangkat ke Singapura menunaikan tugas barunya sebagai Dubes. Oleh Habibie, Luhut diberi misi untuk meyakinkan kaum Tionghoa, bahwa Indonesia aman. Pemerintah memberi jaminan. Ketika itu memang pasca kerusahan Mei 1998, banyak etnis Tionghoa yang eksodus ke Singapura.

Ketika jadi Dubes, kedutaan menggelar sebuah seminar. Salah satu yang diundang, kata Luhut adalah Gus Dur. Ia bahkan mengongkosi sendiri biaya keberangkatan Gus Dur ke Singapura. Yang hadir di seminar adalah para pengusaha etnis Tionghoa.

Di seminar itu pula Gus Dur kembali mengulang ucapannya, bahwa dirinya sebentar lagi akan jadi Presiden RI. Gus Dur juga mengatakan kalau sudah jadi Presiden, Luhut akan ditarik ke Jakarta untuk membantunya. Kata Gus Dur, Luhut akan dijadikan Kasad.

Tentu saja mendengar itu Luhut belingsatan. Sebab, Gus Dur mengucapkan itu dalam pertemuan yang dihadiri banyak orang. Luhut mengaku, ketika itu ia merasa serba salah. ” Lemes saya. Semua menyalami saya,” kata Luhut di acara haul ke-6 Gus Dur. Setelah itu, Gus Dur pulang ke Jakarta.

Luhut sendiri menyaksikan detik-detik Gus Dur jadi Presiden lewat layar televisi. Saat itu, ia masih jadi Duta Besar. Luhut benar-benar kaget, ketika nama Gus Dur muncul bersama Megawati sebagai calon Presiden. Ia makin tak percaya, ketika dalam pemilihan di MPR, Gus Dur unggul. Ia betul-betul tak percaya, apa yang diucapkan Gus Dur ternyata terbukti.

” Lho Gus Dur namanya menang suaranya. Gus Dur Presiden Indonesia, saya enggak percaya,” kata Luhut.

Karena belum percaya, Luhut mengaku ketika itu ia langsung menelpon Alwi Shihab. Lewat telepon Alwi membenarkan jika Gus Dur sudah terpilih jadi Presiden. Ia pun kemudian disambungkan dengan Gus Dur. Gus Dur kembali mengulang janjinya menarik Luhut dari Singapura.

Kelak, ketika Gus Dur jadi Presiden, mantan Ketua PBNU itu membuktikan janjinya. Gus Dur menarik Luhut dari Singapura. Tapi bukan posisi Kasad seperti yang pernah dijanjikan Gus Dur.

Luhut justru diangkat Gus Dur jadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Tapi oleh Gus Dur pula pangkat Luhut dinaikan dari bintang tiga menjadi jenderal bintang empat.

Sumber: juragancipir

Kamis, 08 Maret 2018

Upaya Terakhir Syaitan Menyesatkan Manusia



Sudah menjadi kehendak Allah sejak zaman azali bahwa iblis dan bala tentaranya para syaitan menjadi musuh manusia. 

Musuh dalam arti hakiki, yang akan menyengsarakan manusia dalam kehidupan yang sebenarnya, kehidupan akhirat yang kekal abadi. Tetapi dalam kehidupan dunia yang sementara ini, jika kita tidak waspada dan hati-hati, bisa jadi syaitan menjadi teman dan sahabat-sahabat kita yang sangat membantu, mendukung dan memudahkan kehidupan kita sehari-harinya. Baik syaitan dari kalangan jin ataupun manusia, baik dengan jalan yang nyata ataupun yang ghaib. 

Tidak tanggung-tanggung, upaya syaitan untuk menyesatkan ini dilakukan hingga titik terakhir kehidupan manusia, yakni ketika sakaratul maut.

Ketika manusia sedang menghadapi sakaratul maut, salah satu kesulitan atau kesakitan yang dihadapi adalah rasa haus yang tidak tertahankan sehingga seolah-olah membakar hati, tidak hanya rasa haus secara fisik, tetapi bisa juga yang bersifat ghaib. 

Mungkin orang-orang yang menjaga di sekitarnya telah memberinya minuman, tetapi rasa haus tidak serta-merta hilang. 

Dalam keadaan seperti inilah biasanya syaitan datang membawa minuman yang tampak sangat menggoda dan menyegarkan, khususnya terhadap kaum muslimin, terlebih kaum mukminin yang keimanannya sangat kuat. Sungguh mereka (para syaitan) itu sangat tidak rela jika seseorang itu meninggal dengan memperoleh keridhaan Allah.

Pada puncak kehausan yang seolah tidak tertahankan itu, syaitan akan datang dengan satu gelas minuman yang sangat segar, dan ia berdiri di sisi kepala seorang mukmin. Sang mukmin yang tidak menyadari kalau ia adalah syaitan, akan berkata, “Berilah aku air itu!!”

Syaitan berkata, “Baiklah, tetapi katakan terlebih dahulu bahwa dunia ini tidak ada yang menciptakan, maka aku akan memberikan air ini kepadamu!!”

Dalam riwayat lain disebutkan, syaitan akan berkata, “Tinggalkanlah agamamu ini, dan katakan bahwa Tuhan itu ada dua, maka engkau akan selamat dari kepedihan sakaratul maut ini!!”

Jika ia mempunyai keimanan yang cukup kokoh, ia akan menyadari kalau sosok pembawa air itu adalah syaitan, maka ia akan berpaling. Tetapi syaitan tidak berhenti dan putus asa, ia akan berdiri di arah kakinya dengan penampilan yang lain, masih dengan membawa minuman yang amat segar menggoda. Sang mukmin yang masih dilanda kehausan akan berkata kepadanya, “Berilah aku minuman itu!!”

Syaitan dalam penampilan lain itu berkata, “Baiklah, tetapi katakanlah bahwa Muhammad (Rasulullah SAW) itu adalah seorang pendusta, maka aku akan memberikan air ini kepadamu!!”

Setelah mendengar jawaban seperti itu, sang mukmin akan menyadari kalau syaitan tidak akan berhenti menggodanya hingga terlepas imannya. Maka ia akan bersabar dalam kehausan yang seakan membakar hati itu dan tidak akan meminta lagi. Ia akan menyibukkan diri dengan mengingat Allah memohon pertolongan dan keselamatan dari sisi-Nya.

Suatu kisah tentang seorang guru dan ulama yang sangat zuhud bernama Abu Zakaria, ketika sedang sakaratul beberapa orang sahabat dan muridnya menunggui beliau. Ketika Abu Zakaria tampak dalam kepayahan, seorang sahabatnya mengajarkan kalimat thayyibah, “Katakanlah : Laa ilaaha illallaah!!”

Tetapi di luar dugaan, Abu Zakaria memalingkan wajahnya. Sahabat di sisi lainnya juga berkata, “Katakanlah Laa ilaaha illallaah!!”

Lagi-lagi Abu Zakaria memalingkan wajah, bahkan ketika untuk ke tiga kalinya mereka memintanya membaca kalimat Thayyibah, Abu Zakaria berkata, “Aku tidak akan mengucapkan kalimat itu!!”

Setelah itu ia jatuh pingsan. Para sahabat dan murid-muridnya menangis sedih melihat keadaan itu, sungguh mereka tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi? Tetapi satu jam kemudian Abu Zakaria siuman dalam keadaan yang lebih segar. Ia berkata kepada sahabatnya, “Apakah tadi kalian mengucapkan sesuatu kepadaku??”

“Benar, tiga kali kami meminta engkau membaca syahadat, tetapi dua kali engkau berpaling dan ke tiga kalinya engkau berkata : Aku tidak akan mengucapkannya!! Karena itulah kami jadi bersedih!!”

Abu Zakaria berkata, “Sikap dan perkataanku itu bukanlah kutujukan kepada kalian…” 

Kemudian Abu Zakaria menceritakan kalau Iblis telah mendatanginya dengan membawa semangkuk air yang tampak sangat segar, sementara ia merasa sangat hausnya. Iblis berdiri di sisi kanannya sambil menggerakkan mangkuknya sehingga kesegaran air itu makin menggoda, dan berkata, “Tidakkah engkau membutuhkan air??”

Ia tidak menjawab, tetapi matanya tidak bisa menyembunyikan rasa haus, dan tertariknya dengan kesegaran air itu, maka iblis berkata lagi, “Katakanlah bahwa Isa adalah anak Allah!!”
Abu Zakaria berpaling dari iblis, yang saat itu bersamaan dengan sahabatnya yang meminta ia mengucap kalimat thayyibah untuk pertama kalinya. Tetapi iblis masih menghampiri dari arah yang lain, dan berdiri di dekat kakinya sambil mengatakan seperti sebelumnya. 

Maka ia berpaling lagi, yang bersamaan dengan sahabatnya yang memintanya membaca kalimat Thayyibah untuk ke dua kalinya. Belum putus asa juga, iblis menghampiri lebih dekat dengan bujuk rayunya yang memikat, mengiming-iminginya dengan minuman yang begitu segarnya, sambil berkata, “Katakanlah bahwa Allah itu tidak ada!!”

Maka dengan tegas Abu Zakaria berkata, “Aku tidak akan mengatakannya!!”

Saat yang bersamaan, sahabatnya sedang meminta dia mengucapkan kalimat thayyibah itu untuk yang ke tiga kalinya. 
Abu Zakaria mengakhiri penjelasannya, “Seketika itu mangkok yang dibawa iblis jatuh dan pecah berantakan, kemudian ia lari terbirit-birit. 

Tetapi rasa haus itu begitu menggigit dan tidak tertahankan sehingga aku jatuh pingsan. Jadi, sikap dan perkataanku itu bukan untuk kalian, tetapi untuk menolak iblis. Dan sekarang kalian saksikan semua : Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammad ar rasuulullaah!!”

Setelah itu tubuh Abu Zakaria melemah, dan ia meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah.


Makna Keterbukaan Dalam Pembangunan Nasional

Dalam pembangunan nasional keterbukaan dan jaminan keadilan bagi seluruh masyarakat merupakan sebuah sistem nilai politik atau cara untuk mencapai tujuan politik bangsa Indonesia. 

Tujuan politik ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu 
  • melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, 
  • memajukan kesejahteraan umum, 
  • mencerdaskan kehidupan bangsa, 
  • dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 


Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indoneseia. Untuk itu, keterbukaan dan jaminan keadilan perlu dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, dan nilai-nilai yang terdapat dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk kelanjutan dari pembangunan nasional diperlukan Manajemen Nasional. Manajemen Nasional itu pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang orientasinya pada penemuan dan pengenalan (identifiasi) faktor strategis secara menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian, sistem manajemen nasional dapat menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman, dan sarana bagi perkembangan proses pembelajaran (learning process) maupun penyempurnaan fungsi penyelengaraan pemerintahan yang bersifat umum dalam pembangunan nasional.

Keterbukaan dalam pembangunan nasional dewasa ini harus dilaksanakan misalnya bagaimana keterbukaan dalam proses kebijaksanaan (policy implementation) atau keterbukaan dalam penilaian hasil kebijaksanaan nasional. Sebuah sistem harus terdiri dari unsur, struktur, proses, dan fungsi serta lingkungan yang mempengaruhinya. Unsur utama dalam Sistem Manajemen Nasional (SISMENNAS) terdiri dari :

  • Tatalaksana pemerintahan. 
  • Tata administrasi negara. 
  • Tata politik nasional. 
  • Tata kehidupan masyarakat


Dilihat dari prosesnya berpusat pada satu rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan berdasarkan hukum yang ada dan jaminan keadilan bagi masyarakat.


a. Fungsi Sistem Manajemen Nasional

Fungsi Sistem Manajemen Nasional dikaitkan dengan pangaruh, efek atau akibat dari penyelenggaraan kegiatan terpadu dalam rangka penyesuaian (adjusment) dengan lingkungannya dalam memelihara kelangsungan hidup dan mencapai tujuannya. 

Hal ini berfungsi pula sebagai “pemasyarakatan Politik” yang berarti bahwa segenap usaha diarahkan kepada penjaminan keadilan dan keterbukaan demi terwujudnya tujuan nasional.
Dalam prosesnya sistem manajemen nasional juga difungsikan untuk pemilihan kepemimpinan yang berprinsip kepemimpinan Pancasila, berkualitas dan terbuka. 

Di samping itu, seorang pemimpin harus mampu membuat aturan sesuai hukum (rule making), mampu menerapkan aturan (rule aplication) dan mampu menyelesaikan masalah yang bertentangan dengan jaminan keadilan (rule adjudication).
Selain itu, sistem manajemen nasional harus mengacu kepada prinsip-prinsip keterbukaan dan keadilan sosial, yaitu:

Prinsip asa adil dan merata, 

yang artinya bahwa setiap warga negara dapat menikmati hasil pembangunan sesuai potensinya untuk kepentingan pribadi dan masyarakat, memperoleh apa yang menjadi haknya, memperoleh keadilan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya kepada bangsa dan negara.

Prinsip keserasian, 

Yaitu menjaga keseimbangan pembangunan dengan terus menambah kemakmuran yang berkesinambungan dalam kehidupan, dan juga dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus ada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat, materil dan spiritual.


b. Makna Keterbukaan Dan Jaminan Keadilan

Keterbukaan dan keadilan perlu dibina dan ditegakkan oleh setiap orang secara layak dan benar dalam berbagai kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga masyarakat maupun negara dalam berbagai bidang. 

Dengan cara menganalisis barbagai kasus yang terjadi pada orang dewasa ini kita dapat memahami dan membuktikan bahwa pelanggaran, penipuan, tidak adanya keterbukaan atau ketidakadilan membawa akibat yang sangat merugikan baik diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat sekitar.

Adanya krisis multidimensi, ketimpangan dan kesenjangan sosial, kemiskinan dewasa ini tidak lain disebabkan belum terselenggaranya keterbukaan dan jaminan keadilan bagi seluruh masyarakat. Sistem manajemen nasional juga belum berfungsi sebagamana mestinya.

Iman itu kehidupan

Orang-orang yang sesungguhnya paling sengsara adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kepedihan, kemurkaan, dan kehinaan.

{Dan, barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.}
(QS. Thaha: 124)


Tak ada sesuatu yang dapat membahagiakan jiwa, membersibkannya, menyucikannya, membuatnya bahagia, dan mengusir kegundahan darinya, selain keimanan yang benar kepada Allah s.w.t., Rabb semesta alam. Singkatnya, kehidupan akan terasa hambar tanpa iman.

Dalam pandangan para pembangkang Allah yang sama sekali tidak beriman, cara terbaik untuk menenangkan jiwa adalah dengan bunuh diri. Menurut mereka, dengan bunuh diri orang akan terbebas dari segala tekanan, kegelapan, dan bencana dalam hidupnya. Betapa malangnya hidup yang miskin iman! Dan betapa pedihnya siksa dan azab yang akan dirasakan oleh orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Allah di akherat kelak!


{Dan, (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat sesat.}
(QS. Al-An'am: 110)


Kini, sudah saatnya dunia menerima dengan tulus ikhlas dan beriman dengan sesungguhnya bahwa "tidak ada llah selain Allah". Betapapun, pengalaman dan uji coba manusia sepanjang sejarah kehidupan dunia ini dari abad ke abad telah membuktikan banyak hal; menyadarkan akal bahwa berhala-berhala itu takhayul belaka, kekafiran itu sumber petaka, pembangkangan itu dusta, para rasul itu benar adanya, dan Allah benarbenar Sang Pemilik kerajaan bumi dan langit— segala puji bagi Allah dan Dia sungguh-sungguh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Seberapa besar — kuat atau lemah, hangat atau dingin — iman Anda, maka sebatas itu pula kebahagiaan, ketentraman, kedamaian dan ketenangan Anda.

{Barangsiapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.}
(QS. An-Nahl: 97)


Maksud kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dalam ayat ini adalah ketenangan jiwa mereka dikarenakan janji baik Rabb mereka, keteguhan hati mereka dalam mencintai Dzat yang menciptakan mereka, kesucian nurani mereka dari unsur-unsur penyimpangan iman, ketenangan mereka dalam menghadapi setiap kenyataan hidup, kerelaan hati mereka dalam menerima dan menjalani ketentuan Allah, dan keikhlasan mereka dalam menerima takdir. Dan itu semua adalah karena mereka benar-benar yakin dan tulus menerima bahwa Allah adalah Rabb mereka, Islam agama mereka, dan Muhammad adalah nabi dan rasul yang diutus Allah untuk mereka.

Rabu, 07 Maret 2018

Api Neraka Dan Api Dunia



Ketika Nabi Adam AS diturunkan ke bumi, beliau tidak lagi memperoleh makanan secara mudah seperti di surga. Beliau harus bekerja keras untuk memperoleh buah-buahan atau daging untuk dimakan.

Ketika beliau memperoleh binatang buruan dan menyembelihnya, ternyata tidak bisa langsung dimakan begitu saja karena masih mentah dan tentunya tidak enak. 

Karena itu beliau berdoa kepada Allah agar diturunkan api untuk memasak.

Maka Allah SWT mengutus Malaikat Jibril meminta sedikit api kepada Malaikat Malik di neraka, untuk keperluan Nabi Adam tersebut. Malik berkata, “Wahai Jibril, berapa banyak engkau menginginkan api??”

Jibril berkata, “Aku menginginkan api neraka itu seukuran buah kurma!!”

Malik berkata, “Jika aku memberikan api neraka itu seukuran buah kurma, maka tujuh langit dan seluruh bumi akan hancur meleleh karena panasnya!!”

Jibril berkata, “Kalau begitu berikan saja kepadaku separuh buah kurma saja!!”

Malik berkata lagi, “Jika aku memberikan seperti apa yang engkau inginkan, maka langit tidak akan menurunkan air hujan setetespun, dan semua air di bumi akan mengering sehingga tidak ada satupun tumbuhan yang hidup!!”

Malaikat Jibril jadi kebingungan, sebanyak apa api neraka yang ‘aman’ untuk kehidupan di bumi??

Karena itu ia berdoa, “Ya Allah, sebanyak apa api neraka yang harus aku ambil untuk kebutuhan Adam di bumi??”

Allah berfirman, “Ambilkan api dari neraka sebesar zarrah (satuan terkecil, atom)!!”

Maka Jibril meminta api neraka kepada Malik sebesar zarrah dan membawanya ke bumi.

Tetapi setibanya di bumi, Jibril merasakan api yang sebesar zarrah itu masih terlalu panas, maka beliau mencelupkan (membasuhnya) sebanyak tujuhpuluh kali ke dalam tujuhpuluh sungai yang berbeda.

Baru setelah itu beliau membawanya kepada Nabi Adam, dan meletakkannya di atas gunung yang tinggi. 

Tetapi begitu api tersebut diletakkan, gunung tersebut hancur berantakan. Tanah, batuan, besi dan semua saja yang ada di sekitar api itu menjadi bara yang sangat panas, dan mengeluarkan asap. Bahkan api yang sebesar zarrah itu terus masuk menembus bumi, dan hal itu membuat Jibril khawatir.

Karena itu ia segera mengambil api tersebut dan membawanya kembali ke neraka. Bara terbakar yang ditinggalkan itulah yang sampai sekarang ini menjadi sumber api dunia, termasuk yang menjadi magma-magma di semua gunung berapi di bumi ini.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana panasnya api neraka tersebut. Kalau bara api dunia itu umumnya berwarna merah, maka bara api neraka itu berwarna hitam kelam, seperti hitamnya gelap malam.

Nabi SAW pernah menanyakan tentang keadaan api neraka itu, maka Malaikat Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah SWT menciptakan neraka, lalu menyalakan api neraka itu selama seribu tahun sehingga (baranya) berwarna merah.

Kemudian (Allah) menyalakannya (menambah panasnya) selama seribu tahun lagi sehingga (baranya) berwarna putih, dan (Dia) menyalakannya (menambah panasnya) selama seribu tahun lagi sehingga (baranya) berwarna hitam.

Maka neraka itu hitam kelam seperti hitamnya malam yang sangat gelap pekat, tidak pernah tenang kobaran apinya dan tidak pernah padam (berkurang) bara apinya!!”

Minggu, 04 Maret 2018

Perjalanan Hidup Manusia Yang Tidak Bisa Dipisahkan



Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, tetapi belum tentu menjadi mahluk yang mulia. Perjalanan kehidupan seorang insan manusia akan selalu mengalami perubahan dari berbagai macam persoalan dan permasalahan yang sebenarnya merupakan suatu kebutuhan yang akan menguji kesabaran dalam menentukan kemana sebenarnya arah yang akan dituju. 

Dalam kehidupan di dunia, menusia akan melalui masa-masa atau perubahan perjalanan hidup yang tidak dapat dihindarkan dalam bentuk tiga fase:


1. Fase Taklid

Fase taklid adalah fase meniru orang lain, memakai kepribadian mereka, dan bahkan gerak-gerik apa saja selalu meniru kelakuan mereka.

Munculnya taklid itu karena tumbuh perasaan yang berlebihan dari  kekaguman, ketergantungan, dan kecenderungan yang sangat kuat dalam diri seseorang.

Sikap taklid sering kali membawa orang meniru gerakan, suara dan yang lainnya. Padahal ini, tanpa disadari, semua merupakan pembunuhan secara paksa terhadap karakter dan sifat diri sendiri.

Sungguh mereka itu sangat menderita karena melakukan sesuatu yang sangat bersebrangan dengan kecenderungan mereka sendiri. Mereka akan selalu berjalan mundur, mereka tidak akan pernah bisa maju karena selalu terhalang oleh apa yang mereka tirukan.

Mereka membiarkan suara aslinya yang sebenarnya adalah kemampuan yang bisa diandalkan, tetapi selalu sama dengan suara orang lain, dan meninggalkan cara berjalannya demi meniru jalan orang lain.

Tetapi alangkah indahnya seandainya saja yang di taklid atau ditiru itu adalah sifat-sifat yang terpuji yang akan memperkaya amalan-amalan yang akan selalu mendampingi usia hidup dan juga akan mengangkat status sosial serta akan menjadi manusia yang diridhoi dengan selalu berada disisi Allah Subhanahuwata'ala.

Misalnya, taklid atau meniru dalam hal ilmu pengetahuan, dan terhadap kedermawanan orang lain. Namun yang sangat mengherankan adalah bahwa mereka bertaklid sampai dengan makhraj huruf, cara bicara, sampai cara memberi isyarat dengan tangan.

Kita adalah makhluk spesial dan unik. Kita akan dikenal lewat sifat dan kemampuan kita sendiri. Sejak menciptakan Adam hingga nanti mencapai ujung kiamat yang mengakhiri perjalanan alam ini, tidak akan ada dua orang sama persis dengan yang lain dalam bentuk fisik.


Dan, berlainan bahasamu dan warna kulitmu (QS. Ar-Rum:22)


Pertanyaannya kemudian:

Mengapa kita ingin sama dengan orang lain dalam sifat, bakat dan kemampuan?

Sesungguhnya, keindahan suara adalah karena memang tidak sama, dan prestasi yang bagus itu karena kita memiliki spesifikasi yang sangat berbeda.


Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan mereka yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat (QS.Fathir: 27).


2. Fase Menyeleksi

Semua manusia yang berfikir, entah mereka percaya Tuhan atau tidak sejatinya akan percaya dengan  teori nature selection (seleksi alam). Seleksi alam adalah hakikat kehidupan yang kita jalani sehari-hari di bumi yang kita pijak ini. 

Dengan atau tanpa mengambil pelajaran dari setiap aral yang kerap dihadapkan pada diri kita, alam akan selalu menyeleksi semua umat manusia untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang pilihan yang telah berhasil melewati masa-masa sulitnya dengan mengerahkan semua yang mereka miliki.

Meski banyak orang  yang tergoda dengan cara-cara instan tapi alam tetap tidak bisa ditipu.  Bias kesuksesan materi dan jabatan akan menjadi bumerang bagi mereka yang menempuh cara seperti ini (instan). Karenanya Hanya takdir yang bisa merubah seleksi alam.


3. Fase Berinovasi

Inovasi adalah suatu ide atau penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia dapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang inovatif. 

Seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. Inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seseorang. 

Karena seseorang yang selalu melakukan inovasi dalam usahanya juga akan selalu menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga keuntungan dan kesuksesan akan ia raih walau harus mengerahkan seluruh kemampuannya. Dengan inovasi juga akan berdampak positif dalam perkembangan dan kemajuan yang merupakan implikasi dari karakteristik seseorang yang mampu membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya.

Kreatifitas dan inovasi secara tidak langsung menjadi sifat pembeda antara seseorang dengan orang lainnya. Dan seorang yang selalu berinovasi akan selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang.

kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.

Baik langsung maupun tidak langsung seseorang yang berinovasi adalah orang yang mampu membawa perubahan pada lingkunganya. Disisi lain ia juga orang yang sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. Ia juga berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil.

Sesorang yang berinovasi juga akan mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. Karena disaat semua resah, ia memiliki kreasi dan inovasi untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.

Inovasi selangkah lebih maju dari kreasi karena inovasi bukan hanya menambah sudut baru tapi lebih dari itu, orang-orang yang memiliki kemampuan inovasi mampu membuat sesuatu yang baru dan belum pernah ada dan sangat dibutuhkan berdasarkan perkembangan zaman sehingga seorang inovator mampu menerawang segala sesuatu yang belum pernah ada dan sangat dibutuhkan.

Demikianlah tiga fase yang akan selalu dihadapi oleh kita dalam kehidupan sehari-hari.. 

Semoga bermanfaat...


.

Sabtu, 24 Februari 2018

Ikhlas Dan Jangan Mengharap Terima Kasih Dari Seseorang


Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.

Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. 

Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.


{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.}(QS. At-Taubah: 74)


Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: 

syahdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. la memberinya makan, pakaian dan minum, mendidikanya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya,rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. 

Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. 

Dan, ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. 

Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.


{Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan: 9)


Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikiranya saat menghadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. 

Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah.


Dalam wahyu itu dikatakan:

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.}
(QS. Yunus: 12)


Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usab kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. 

Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. 

Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

Rabu, 21 Februari 2018

Hal Paling Berbahaya Adalah Fitnah Yang Ditujukan Kepada Para Ulama Dan Orang Shaleh



Banyaknya kelompok dan aliran yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, dan merasa paling mengerti tentang islam, merasa paling mengerti sunnah dan merasa paling tetapi tidak mengerti iman yang sesungguhnya.

Dan pada akhirnya ilmu yang didapat hanya menjadi sebuah kefanatikan  karena tidak pernah mengerti arti sesungguhnya yang terkandung didalamnya.

Sehingga ketika ada pertentangan dengan aliran yang tidak sepaham dan merasa diungguli, merasa apa yang mereka inginkan terhalang kemudian dengan sesuka hati menghujat, memfitnah sesama muslim hanya karena beda pendapat.
Lihatlah pembantaian yang menimpa kaum muslimin di berbagai belahan dunia, hanya dipicu perbedaan pandangan dan cara beribadah yang berbeda serta hanya demi kepentingan kelompoknya sendiri.

Begitupun edzaliman yang dilakukan oleh para umara (penguasa). Hanya karena kedudukannya terancam maupun kepentingannya terhalangi, maka dengan sesuka hati mengecam dan menakut-nakuti rakyat kecil.

Sedangkan kesimpangsiuran pendapat dalam perkara-perkara baru yang membutuhkan pembahasan para ulama dan lain-lain, justru menjadi lahan timbulnya fitnah dengan sesuka hati memperdebatkan dengan mempertahankan pendapatnya sendiri tanpa pernah mencoba menyadarkan kesadaran tentang begitu indahnya perbedaan.

Dengan lincahnya memojokkan para ulama maupun orang-orang saleh dengan tuduhan-tuduhan maupun hinaan dalam bentuk seni tulisan pada media sosial yang sebenarnya merupakan fitnah yang keji.

Seakan-akan tidak pernah mengerti arti sunnah yang sebenarnya tetapi merasa paling menjaga sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

Hanya karena berbeda akidah maupun berbeda cara dalam bentuk ibadah, dengan seenaknya berburuk sangka dengan menciptakan ujaran-ujaran kebencian terhadap para ulama dan orang-orang saleh yang tidak sepaham.

Lihatlah para ulama yang terkadang dekat dengan seseorang yang sedang masuk dalam lingkaran politik, seringkali justru malah menerima hujatan-hujatan dan fitnah yang keji dari orang-orang yang sedang membesar-besarkan keburukan kejelekan dalam bentuk sangkaan terhadap lawan politiknya.
Mereka tidak pernah sadar bahkan tak mau sadar bila orang-orang yang mereka benci dan mereka fitnah adalah para pewaris Rasulullah SAW.

Lihatlah berapa menyeramkannya akibat fitnah, sangkaan, dan hinaan yang keji terhadap para alim ulama dan orang-orang saleh, seperti yang telah saya kutip dari  nu.or.id 





Buruk sangka dan ujaran kebencian kerap menyasar para kiai dan orang-orang saleh.

Buruk sangka disertai ujaran kebencian cepat menyebar di pelbagai jenis media sosial.

Label ulama su (ulama yang jahat atau mabuk dunia) sering disematkan kepada para kiai yang menjaga sikap moderat, proporsional, dan toleran terutama sekali.

Pasalnya para kiai dan orang saleh yang menjaga sikap moderat itu kerap disalahartikan sebagai sikap negatif dan memang berisiko disalahartikan.

Meskipun demikian, kita tidak bisa menaruh sangka buruk apalagi disertai ujaran kebencian terhadap mereka.

Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah terhadap semua orang tidak terkecuali para kiai dan orang saleh adalah tindakan menyakitkan yang dilarang agama itu sendiri.

Tindakan menyakitkan ini dapat berakibat fatal, yaitu meruntuhkan bangunan peribadatan kita kepada Allah.


Hal ini dipesan oleh Sahal At-Tustari RA yang dikutip Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani berikut ini:


و)احذر أيضا (من أذى الخلق) فإنه من السموم القاتلة... وقال أيضا "أصولنا سبعة: التمسك بكتاب الله تعالى، الاقتداء بسيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأكل الحلال، واجتناب المعاصي، والتوبة، وأداء الحقوق، وكف الأذى وهو على نوعين: أحدهما كف أذى الجوارح الظاهرة. ثانيهما كف القلب عما يخطر فيه من سوء الظن بالناس فإنه من السموم القاتلة ولا يشعر به أحد لا سيما سوء الظن بالأولياء والعلماء وحملة القرآن."


Artinya, “Hati-hatilah (menyakiti makhluk) karena tindakan itu 
adalah ‘racun mematikan...’ Sahal At-Tustari RA juga berkata, ‘Pokok kami ada tujuh: berpegang pada kitab suci Allah Al-Quran, meneladani Rasulullah SAW, mengonsumsi makanan halal, menjauhi maksiat, bertobat, menunaikan kewajiban, dan 
menahan diri dari tindakan menyakitkan bagi orang lain. Penahanan diri agar tidak menyakiti orang lain terbagi dua: pertama, menahan anggota badan. Kedua, menahan batin dari buruk sangka (suuzzhan) terhadap orang lain yang melintas di hati. Pasalnya, buruk sangka termasuk racun mematikan, tetapi bahaya ini jarang disadari oleh banyak orang, terlebih lagi buruk sangka terhadap para wali, ulama, dan para penghafal Al-Quran,’” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).


Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah terhadap para kiai dan orang saleh bukan hanya menutup pintu rahmat Allah, tetapi juga membuka lebar pintu murka Allah.


Pesan ini berulang kali disampaikan Syekh Ali Wafa kepada Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani dalam kutipan berikut ini:


وفي وصية سيدي علي بن وفا رحمه الله تعالى: إياكم أيها المريدون أن تقعوا في حق أحد من أقران شيخكم فإن لحوم الأولياء سم ولو لم يؤاخذوكم، وإياكم ثم إياكم من الاستهانة بغيبة أحد ولو لم تبلغه تلك الغيبة بل خافوا منها أكثر مما تخافون إذا بلغته فإنه وليه الله تعالى. فاعلم ذلك يا أخي.  

Artinya, “Dalam wasiat guruku Ali bin Wafa–Allah yarhamuh–, ‘Wahai para murid, waspadalah kamu terhadap hak salah seorang sahabat gurumu karena daging para wali adalah racun sekalipun mereka tidak mengambil tindakan terhadapmu. Waspada dan waspada atas penghinaan berupa ghibah terhadap salah seorang dari mereka sekalipun ghibah itu tidak sampai ke telinga mereka. Tetapi yang seharusnya paling kalian takuti adalah ketika ghibahmu sampai ke telinga mereka karena sungguh pelindung mereka adalah Allah. Sadarilah hal ini wahai saudaraku,” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).

Pesan dan pandangan yang disampaikan oleh Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani bukan mengada-ada. Mereka semua merujuk pada larangan Al-Quran pada Surat Al-Hujurat.

Pesan dan pandangan itu lahir dari hasil renungan atas surat tersebut yang kami kutip berikut ini:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak sangka. Sungguh, sebagian sangka merupakan sebuah dosa. Jangan kalian mencari-cari kesalahan orang lain. Janganlah sebagian kalian mengghibah sebagian lainnya. Apakah salah seorang dari kalian senang memakan daging bangkai saudaranya? Kalian tentu tidak menyukainya. Takutlah kepada
Allah. Sungguh, Allah maha penerima tobat lagi penyayang,” Surat Al-Hujurat ayat 12)

Keterangan ini bukan dipahami sebagai larangan untuk mengkritik pemikiran para kiai dan orang saleh.

Keterangan ini diharapkan dapat menjadi rambu-rambu bagi kita untuk tidak segera mempercayai lalu lalang informasi di hape android kita dan tidak menjatuhkan vonis terhadap para kiai dan orang-orang saleh itu.

Dengan kewaspadaan seperti ini, kita tidak ikut men-share informasi tanpa pertanggungjawaban seperti itu. 

Wallahu a’lam.

Iman Adalah Kekuatan Sempurna Pendamping Ilmu




ALLAH SWT telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada kita selaku manusia ciptaan-Nya. Hal ini bukan hanya untuk penghias diri dan pembeda saja, melainkan untuk digunakan semaksimal mungkin. Salah satunya untuk mencari ilmu.

Ya, ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi diri kita.

Bagaimana kita selaku ciptaan-NYA sudah mulai diberikan arahan oleh orang tua kita sejak masih bayi. Dari kecil kita sudah diberikan ilmu untuk bisa berbicara, bertatakrama, bagaimana menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda.

Dari umur 6 tahun kita juga sudah mulai menimba ilmu di sekolah dari yang mulai dasar sampai terus menerus seiring waktu bertambahnya umur hingga kita juga terus menimba ilmu bagaimana memperoleh rizki.

Untuk dapat melakukan segala sesuatu, maka diperlukan ilmunya. Oleh sebab itu, tidak salah lagi bahwa ilmu harus lebih dahulu daripada amal atau perbuatan. 

Dengan ilmu, kita akan dapat mengetahui rahasia-rahasia yang sebelumnya belum pernah terungkap dalam pikiran kita, bagaimana kita bisa memperoleh sesuatu yang berguna demi kebaikan hidup kita.

Bagaimana bekas yang terlukis di otak orang yang berilmu di dalam perkara yang telah diketahuinya. Ibarat seorang tukang gambar yang hendak memulai melukiskan gambarnya, lebih dahulu telah ada rupa gambar itu di dalam otaknya, barulah dilukiskannya.

Tetapi iman atau kepercayaan lebih tua pula dari ilmu. Iman adalah menjadi dasar dari ilmu. Itulah sebabnya, nabi-nabi lebih dahulu menanamkan iman daripada menyiarkan ilmu.

Ayat-ayat yang diturunkan Allah di Mekkah lebih banyak mengandung rasa iman, dan yang diturunkan di Madinah lebih banyak mengandung ilmu. 

Dengan keimanan, kita akan dengan mudah mampu memilih mana ilmu yang bermanfaat dan mana ilmu yang menyesatkan, sehingga ilmu yang didasari oleh iman akan selalu bermanfaat dalam perjuangan hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan hawa nafsu yang selalu menggebu-gebu.

Setelah sempurna iman, mereka disuruh membenarkan, setelah itu dikemukakan segala macam alasan dan dalil, disuruh pula mengiaskan kepada perkara-perkara yang lain.

Perkataa ini dikuatkan oleh sahabat Juandab. Dia berkata bahwa sebelum mereka dewasa, lebih dahulu mereka diajarkan iman dan setelah itu baru diajarkan Quran, dan barulah pelajaran iman itu bertambah-tambah.

Permulaan iman itu didengarkan dengan telinga. Setalah mafhum pendengaran, barulah diikrarkan dengan lidah.

Apabila telah diikrarkan dengan lidah, maka iman yang telah ada di dalam hati itu bertambah teguhlah. Apabila iman telah teguh, ilmupun bisa pula bertambah, bertambah lama bertambah banyak. 

Karena pendengaran dengan telinga dan ucapan dengan mulut tidaklah akan bermanfaat kalau urat keyakinan dan makrifat yang ada dalam hati tidak terhujam kuat.

Wallahu 'alam

Rabu, 14 Februari 2018

Kenikmatan Yang Begitu Mudah Didapatkan Dan Di Syukuri

Assalamualaikum Wr. Wb

Begitu mudahnya kita untuk mendapatkan segala kenikmatan didunia yang merupakan pemberian Allah Subhanahuwata'ala, tetapi terkadang kita selalu tidak mampu menyadarkan diri untuk mensyukurinya.

Dan semuanya disebabkan karena hati yang selalu merasa kekurangan, padahal sudah berapa banyak kenikmatan yang telah kita dapatkan.

lantas bagaimana kita harus menyikapinya agar kenikmatan tersebut menghasilkan keberkahan?

Jalan terbaik adalah kita harus selalu perpedoman pada apa yang telah diungkapkan dalam kitab suci dan sunah-sunah Rasul-NYA.


Seringkali kita merasakan kegalauan dalam diri ketika menghadapi masalah-masalah yang begitu berat, yang terkadang bikin mudah emosi.

Hidup seakan-akan begitu sulit untuk diperjuangkan ketika kita sudah menemui jalan buntu, seakan-akan hanya kitalah yang tertimpa masalah tersebut, sehingga kenikmatan terasa tidak mau menghampiri.


Lantas bagaimana sebaiknya kita menghadapi permasalah tersebut?


Hidup itu sebenarnya mudah selama tidak dipersulit, tetapi masih banyak yang mempersulit. Bahkan hanya karena masalah sepele tetapi tanpa sadar justru malah membuatnya bertambah besar.

Jika kita tidak menunda yang harus dikerjakan maka tidak akan ada masalah yang datang, karena akan  terselesaikan bila kita mampu mengerjakan sesuai waktu yang sudah dimulai.

Sebenarnya hidup itu kan terasa indah selama tidak dipersusah, maka pikirkanlah hal yang baik-baik sebelum bicara agar tidak mendatangkan kesusahan.

Ucapkanlah kata-kata yang enak didengar ketika berbicara, dan gunakanlah cara-cara yang lebih baik dalam merangkai kata-kata yang keluar dari mulut akibat tarian lidah yang terkendali.
Jika kita mampu melupakan masalah yang sudah berlalu tanpa mengungkitnya kembali, maka ketika ada masalah yang baru tidak akan bertambah menumpuk.


Dan yang lalu biarlah berlalu  dan jangan diingat, tetapi alangkah baiknya kalau kita mampu mengambil pelajaran dari masalah yang telah pergi.

Sedangkan yang belum datang hangat terlalu dipikirkan, karena kita tidak akan pernah tahu kehidupan yang akan datang.
Lebih baik persiapkan saja dalam menunggu dan berharap serta siap menanti sesuatu yang tidak kita inginkan.


Jangan membiarkan hati merasa gembira yang terlalu berlebihan saat menemukan sesuatu yang membahagiakan, maupun pikiran terlalu merana yang berlebihan ketika menghadapi sesuatu yang menimbulkan kesedihan,

sehingga bagaimanapun kepuasan hati yang sangat berlebihan maupun kegundahan yang berlarut-larut tak akan bisa mampu mengatasi segala sesuatu yang tidak pernah kita harapkan, 
gantungkanlah semuanya hanya karena Allah semata.


Sebagai mahluk yang sempurna, sebenarnya kita telah dikaruniai bermacam nikmat disertai dengan segala kemuliaan, maka dari itu hendaknya utamakan selalu untuk mensyukuri yang telah ada.

Jika memang mengharap sesuatu, tetapi belum juga tercapai padahal sudah bersusah payah menggerakkan daya dan upaya, maka hendaknya harus tetap bersabar, karena banyak sekali sesuatu yang tidak harus dimiliki.


Apa yang telah kita dapatkan sebagai pemberian-Nya dalam bentuk rizki walaupun hanya sesuap nasi yang memang sudah ada di depan mata, maka alangkah baiknya kita harus bisa menikmati dengan penuh rasa syukur.

Sedang urusan besok harus seperti apa wujud pemberian-Nya dan dari mana datangnya serta bagaimana jalan mendapatkannya, kita tidak pernah mampu untuk menentukannya,

tetapi yang terpenting adalah bahwa kita masih mempunyai kekuatan lahir dalam bentuk tenaga untuk tetap berusaha serta kekuatan batin untuk selalu berdo'a dan berharap agar bisa selalu diberi kemudahan dalam mendapatkan segala kenikmatan yang telah dipersembahkan kepada umat manusia didunia.


Lantas bagaimana dengan urusan akhirat?


Kita sebagai manusia yang diciptakan untuk selalu taat kepada sang Pencipta, memang harus mencari bekal yang berkaitan dengan akhirat, maka kita harus bisa melihat keatas, melihat orang-orang saleh, orang-orang yang penuh dengan kemuliaan karena ketetapan iman dihatinya, agar kita mampu untuk belajar dan mengaji kepadanya.

Mengenai urusan dunia, alangkah baiknya bila hati mampu menciptakan keikhlasan untuk selalu menghadap kebawah, melihat orang-orang yang masih kekurangan jauh dibawah kita, sehingga akan jauh dari sifat riya maupun takabur.


Kita juga harus mampu menyikapi perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan hati dengan penuh rasa bijaksana agar tidak keluar hinaan dari ucapan kita kepada orang yang bersalah , agar kita tidak terperosok masuk kedalam perbuatan yang bisa menimbulkan perselisihan.

Dan jika memang kita diperlihatkan seseorang yang dengan penuh ketaatan selalu mampu menjalankan kewajiban maupun menjalankan amalan-amalan sunnah Rasul, alangkah baiknya bila kita bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan kiat-kiatnya.


Jagalah selalu amalan-amalan terbaik yang selalu menjadi buah dari tingginya karunia yang Allah berikan dengan selalu menciptakan keridhaan dan ketaatan dalam mensykuri segala kenikmatan yang sangat mudah didapat.

Semoga kita bisa berlajar, berlatih dan berjuang untuk meraih nikmatnya hidup positif.

Semoga bermanfaat....


Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Kamis, 08 Februari 2018

Hari Ini Adalah Milik Anda

Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.

Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyakbanyaknya pada hari itu. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepadaNya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari dengan penuh keridhaan.

{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.}(QS. Al-A'raf: 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian.

Jangan lupa, hendaklah Anda goreskan pada dinding hati Anda satu kalimat (bila perlu Anda tulis pula di atas meja kerja Anda): Harimu adalah hari ini. Yakni, bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi hangat esok hari (yang belum tentu ada) itu akan merugikan Anda?

Jika Anda dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin, atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?

Jika Anda percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat Anda, maka akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada prinsip: aku hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri Anda setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi, dan mensucikan setiap amalan.

Dan itu, akan membuat Anda berkata dalam hati, "Hanya hari ini aku berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tak berucap kotor dan jorok yang menjijikkan, tidak akan pernah mencela, menghardik dan juga membicarakan kejelekan orang lain. Hanya hari ini aku berkesempatan menertibkan rumah dan kantor agar tidak semrawut dan berantakan. Dan karena hanya ini saja aku akan hidup, maka aku akan memperhatikan kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur kata dan tindak tandukku."

Karena hanya akan hidup hari ini, maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali diri dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada al-Qur'an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat.

Aku hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.

Hanya hari ini aku akan dapat menghirup udara kehidupan, maka aku akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun. 

  • Aku akan menjenguk mereka yang sakit, 
  • mengantarkan jenazah, 
  • menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, 
  • memberi makan orang kelaparan, 
  • menolong orang yang sedang kesulitan, 
  • membantu orang yang sedang dizalimi, 
  • meringankan penderitaan orang yang lemah, 
  • mengasihi mereka yang menderita, 
  • menghormati orang-orang alim, 
  • menyayangi anak kecil, dan berbakti kepada orang tua.


Aku hanya akan hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."
"Wahai masa depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan."
"Hari ini milik Anda", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan
Sumber: (La-Tah'zan karya Dr 'Aidh Al Karni)

Buatlah Rumahmu Tempat Paling Bahagia

Dengan mengasingkan diri seperti yang diajarkan syariat dan sunah Rasul adalah sebenarnya menjauhkan diri dari kejahatan dan pelakunya, menjauhkan diri dari orang-orang yang banyak waktu kosongnya, !menjauhkan diri dari orang-orang yang lalai, dan menjauhkan diri dari orang-orang yang senang membuat huru-hara.

Dengan begitu, maka jiwa Anda akan selalu terkendali, hati menjadi tenang dan sejuk, serta pikiran selalu jernih, sehingga Anda akan merasa leluasa untuk menjalani hidup yang tentram dan bahagia berada di taman-taman ilmu pengetahuan.

Mengasingkan diri (uzlah) dari semua hal yang melalaikan manusia dari kebaikan dan ketaatan merupakan obat yang sudah diuji coba dan dibuktikan kemujarabannya oleh para ahli pengobatan hati.

Banyak cara untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan permainan yang sia-sia. Diantaranya adalah;
  • Mengisi waktu dengan menyuntikkan wawasan baru ke dalam akal pikiran, 
  • Menjalankan semua hal yang sesuai dengan kaedah "takut kepada Allah", dan juga menghadiri majelis-majelis pertaubatan dan dzikir. 
Betapapun, perkumpulan atau suatu majelis yang terpuji dan patut dikunjungi adalah yang digunakan untuk menjalankan shalat berjamaah, menuntut dan mengajarkan ilmu, atau untuk saling membantu dalam kebaikan.

Maka dari itu, hindarilah majelis-majelis yang tidak jelas tujuannya dan tidak pula berguna! Jaga kesucian kulit Anda, tangisilah kesalahan Anda dan jagalah lidah! Semoga, dengan itu rumah Anda yang telah anda bangun dengan susah payah benar-benar dapat membahagiakan hati Anda.

Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan merupakan serangan mematikan bagi jiwa dan ancaman yang membahayakan keamanan dan kedamaian diri Anda.

Pasalnya, melakukan hal itu berarti Anda telah bergaul dengan setan-setan pembisik desas-desus, penebar kabar bohong, peramal bencana dan petaka. Dan itu, akan membuat Anda mati tujuh kali dalam sehari sebelum Anda benar-benar mati. Maka,

{Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka.}(QS. At-Taubah: 47)

Atas dasar itu, harapannya adalah supaya Anda menjalani bagaimanapun kondisi Anda, tetap menyendiri di 'kamar' Anda dan hanya kepada-Nya dengan tekun agar Anda mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan. Dan ketika keluar hanya untuk berkata atau berbuat baik saja dan untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang manusia yang patuh akan semua perintah-NYA.

Pada saat seperti itu maka;

  • hati Anda akan benar-benar menjadi milik Anda, 
  • sehingga waktu dan umur Anda selamat dari kesia-siaan, 
  • lidah Anda terhindar dari menggunjing (ghibah), 
  • hati Anda bersih dari kerisauan, 
  • telinga Anda terjauhkan dari ucapan kotor, 
  • dan jiwa Anda bebas dari berburuk sangka. 


Barangsiapa mencoba sesuatu, niscaya akan mengetahuinya. Barangsiapa membiarkan dirinya hanyut dalam gumpalan kasak-kusuk dan terseret ke dalam komunitas orang-orang yang tidak berilmu, serta senang berbuat yang sia-sia, maka katakan kepadanya:

Selamat tinggal!

Dengan demikian kehidupan yang tentram penuh kedamaian dan kebahagiaan sesuai dengan keinginan Anda akan benar-benar bisa dirasakan. Dan rumah Andapun merupakan tempat yang paling bahagia dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan kejadian yang tidak terduga.

Semoga bermanfaat untuk pembaca yang selalu dirahmati Allah, dan sedikit dari tulisan ini sebenarnya juga untuk diriku sendiri yang masih saja berbuat ke-alpa-an.

Rabu, 07 Februari 2018

PENGERTIAN ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah)

Dalam istilah masyarakat Indonesia, ASWAJA merupakan akronim dari Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah. ada tiga kata yg membentuk kalimat tersebut:

1. AHLI, berarti keluarga, golongan atau pengikut.

2. AS-SUNNAH, yaitu segala sesuatu yg datang dari Kanjeng Nabi Muhammad Saw. yang berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam

3. AL-JAMAA'AH, yaitu apa yg disepakati oleh para sahabat Rosulullah pd masa Khulafaur Rosyidin (Abu Bakar, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib)

Kata Al-Jamaa'ah ini diambil dari sabda Kanjeng Nabi Muhammad saw: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yg damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-Jama'ah 

(HR. Tirmidzi dan Hakim, hadits shohih menurut al-Dzahabi)
Syekh Abdul Qodir al-Jaelani (471-561 H) menjelaskan:
"Al-Sunnah adl apa yg telah diajarkan oleh Rosulullah saw. (meliputi ucapan, perilaku, serta ketetapan beliau). Sedangkan al-Jama'ah adalah segala sesuatu yg telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi saw. pada masa Khulafaur Rosyidin yang empat, yg telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kpd mereka semua) (Al-Ghunyah li Tholibi Thoriq al-Haqq, Juz 1, hal 80)

Lebih jelas lagi Hadlratus syekh KH. Hasyim Asy'ari (1287-1336 H) menyebutkan dalam kitabnya Zidayat Ta'liqot hal. 23-24, sebagai berikut:

"Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqh. Merekalah yg mengikuti dan berpegang teguh dg sunnah Nabi saw. dan sunnah Khulafaur Rosyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yg selamat (al-Firqoh al-Najiyah). 

Mereka mengatakan:"Bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu madzhab Hanafi, Syafii, Maliki dan Hanbali."

Pada hakikatnya ajaran Kanjeng Nabi saw. dan para sahabatnya tentang aqidah itu sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Sunnah. Akan tetapi masih berserakan dan belum tersusun secara sistematis. Baru pada masa setelahnya, ada usaha dari ulama' Ushuluddin besar yaitu Imam Abu Hasan al-Asy'ari yg lahir di Bashra tahun 260 H dan wafat tahun 324 H, juga Imam Abu Mansur al-Maturidi yg lahir di Maturidi, Samarkand, Uzbekistan, dan wafat tahun 333 H, Ilmu Tauhid dirumuskan secara sistematis agar mudah dipahami.

Kedua ulama' tersebut menulis kitab2 yg cukup banyak. Imam al-Asy'ari misalnya, menulis Kitab Al-Ibanah 'An Ushul Ad-Diniyah, Maqolat Al-Islamiyyin, dll. Sedangkan Imam Al-Maturidi menulis Kitab Al-Tauhid, Ta'wilat Ahl As-Sunnah, dll. Karena jasa yg besar dari kedua ulama' tersebut, sehingga penyebutan Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah selalu dikaitkan dengan kedua ulama' tersebut.

Sayyid Murtadha al-Zabidi mengatakan:
"Jika disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, maka yg dimaksud adlh para pengikut Imam Al-Asy'ari dan Imam Al-Maturidi
(Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, juz 2 hal. 6)

Pesantren-pesantren di Indonesia secara umum mengajarkan Ilmu Tauhid menurut rumusan Imam Al-Asy'ari dan Imam Al-Maturidi dengan menggunakan kitab yg lebih sederhana dan ditulis oleh para pengikut kedua Imam tersebut, seperti kitab Kifayatul 'Awam, Ummul Barohain, 'Aqidatul 'Awam, dll.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yg menyimpang dari ajaran Islam yg sebenarnya. 

Tetapi Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah adalah Islam yang murni sebagaimana yg diajarkan Kanjeng Nabi saw. dan sesuai dg apa yg telah digariskan dan diamalkan oleh para sahabatnya.

Demikian sekelumit tentang Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah.
Semoga ada manfaatnya.

Wahai Ibu, Engkau Pujaanku Dan Segalanya Bagiku

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Pembaca yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan segala nikmatnya terus menerus, siang dan malam tanpa perhitungan, yang maha terjaga, yang tidak pernah mengantuk dan tidak tidur, yang maha hidup abadi dan maha memelihara semua makhluknya. 
Pemberian-Nya tidak terhitung dan terkira, tak ada ungkapan syukur yang terucap dari Lisan sang hamba yang lemah ini melainkan ucapan Al-Hamdulillahi robbil ‘alamin..

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Pujaan hati kita, kekasih hati ribuan juta muslim di dunia, Muhammad bin Abdillah yang berbudi luhur dan mulia nasabnya dengan semulia-mulia ucapan dan do’a baginya.

Allahumma sholli wasallim wabarik alaih wa’ala ‘alaih.

Pembaca yang selalu dimuliakan Allah Subhanahuwata'ala..
Islam adalah agama yang diridhoi Allah, penyempurna dan yang paling sempurna dalam menggantikan agama-agama sebelumnya yang wajib diikuti.

Allah berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.”

Dalam Kitab Suci Al-Qur’an telah disebutkan, bahwa kita harus berbuat baik pada sesama manusia, tetapi yang paling utama adalah berbuat baik kepada Ibu bapak, kemudian baru kerabat dan seterusnya termasuk anak yatim dan fakir miskin.

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa’ 36)

Pembaca yang selalu dimuliakan Allah,
Berbicara tentang orang tua kita terutama Ibu, ada beberapa poin yang perlu kita pahami :


1. Nama Ibu adalah nama yang begitu mulia dengan segala kasih Sayang dan pengorbanannya


Pembaca yang berbahagia,
kita terlahir di dunia melalui perantaraan orang yang mempunyai nama besar, mempunyai kasih sayang besar, mempunyai cinta yang besar, dengan segala pengorban yang besar pula.

Ia tak tanggung-tanggung dengan semua kebesarannya memelihara, merawat dan mengarahkan kita. Siapakah dia saudara-saudara semua?

Ibu....... ya benar IBU MU, IBU KITA, SEMUA IBU-IBU ANAK MANUSIA

ia adalah makhluk Allah yang diciptakan paling dekat dan paling mengerti karena paling nyambung dengan hati kita.
Ia mempunyai nama yang besar dari semua sudut pandang, lihatlah Ibu dijadikan Nama pusat kota yaitu Ibukota, maksudnya apa?  Pusat adalah sentral, Ibu kita adalah sentral kebaikan bagi kita saudaraku tercinta. 

Kalau kita bicara orang yang paling kasih sayang pada kita, pusatnya adalah? ...Ibu.

Kalau kita bicara suatu penghormatan dalam agama, yang wajib pertama kali kita hormati adalah ?...Ibu. 

Kalau kita bicara suatu pengorbanan yang besar terhadap diri kita pusatnya adalah? ....Ibu.

Semua Jawabnya adalah IBU!  Allah mencurahkan rahmatnya kepada kita melalui perantaraan ibu kita. Pokoknya IBU adalah segala-galanya bagi kita, bagi seorang anak manusia didunia ini.


2. Al-Qur’an da Hadist Berbicara Tentang Ibu


Anda masih belum yakin dengan kenyataan kenyataan di atas, Allah menyebutkan nama ibu dam memerintahkan berbuat baik kepadanya dalam firmannya “wabil walidaini ihsana” dan kepada Ibu bapakmu berbuat baiklah,

perintah ini terdapat dalam 3 tempat yaitu:

  • Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (An-nisa: 36)


  • Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Al-an’am: 151)


  • Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-isro: 23)


Pembaca yang budiman...
jika Allah sendiri yang telalah menyebut nama Ibu Bapak kita supaya kita berbuat baik kepadanya apakah pantas jika kita mengingkarinya?

Selain Allah mewahyukan dalam Al-Qur’an Nabi kita tercinta juga memberikan penjelasan tentang ini sebaiknya kita simak perkataan beliau berikut ini:

Dalam sebuah kisah; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." 

Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." Hadis ini sahih dan dimuat dalam kitab sahih bukhori dan muslim.


3. Keridoan Ibu Bapak adalah keridhoan Allah


Apa rahasia dibalik ini? Kita sebagi makhluk berakal seharusnya berpikir, Cobalah sebentar anda sempatkan melihat kejadian-kejadian di sekitar kita, adanya huru-hara, pertengkaran, pertikaian, permusuhan dan sifat-sifat jahat lainnya itu lahir karena kedurhakaan terhadap orang tua. 

Logikanya kalau terhadap orang tua saja,  orang yang telah menyayanginya sejak kecil sudah berani durhaka, apa lagi pada orang lain yang tidak pernah menyayangi kita sama sekali? Betul tidak...?

Maka Rasulullah dengan ini bersabda:
( رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ )
 “Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.”
(Riwayat Tirmidzi)


Hal ini perkara yang tidak dibantahkan, karena terbukti bahwa bakti terhadap Ibu bapak  termasuk sumber kerukunan keluarga, dari situ akan tercipta kerukunan di sekelilingnya dan akan terus meluas hingga lingkup kebangsaan. Jadi bakti kepada Ibu Bapak punya andil besar dalam memperkokoh kemaslahatan umat manusia di dunia ini


4. Do’a ibu mustajabah, maka utamakanlah ibu


Ibu harus lebih diutamakan walaupun dalam kondisi yang sepenting apapun urusan kita kalau soal ibu jangan dinomor duakan apalagi ditunda-tundakan. Kita perlu belajar dari sejarah dahulu ketika terjadi gencatan senjata dengan kaum Quraisy datang ibu salah seorang sahabat yang mendatanginya (yang ketika itu masih musyrik).

Akan hal itu ia meminta pendapat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, Ibuku mendatangiku karena rindu padaku. Bolehkah aku menjalin silaturahmi dengan Ibuku?" Beliau menjawab: "Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu."

Anda bisa membayangkan sendiri betapa memuliakannya Islam terhadap Ibu (wanita)  bahkan keutamaan berjihad di medan perang masih lebih utama mendatangi atau menjalin silaturahmi dengan ibu.

Ada lagi kisah sang Juraij  yang sedang sholat dan ibunya memanggilnya kemudian ia mengabaikan berkali-kali akhirnya ibunya mendoakan karena kesal“Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia bertemu dengan seorang wanita pelacur.”

Dan itu pun terjadi juraij  berbuat zina, kisah lengkapnya tentang juraij anda bisa melihat di kitab (shohih muslim-4625)
Dan masih banyak lagi kisah yang seseorang harus mengutamakan seorang ibu.


6. Bahaya durhaka terhadap Ibu bapak


Wahai kaum muslimin yang selalu dimuliakan Allah Subhanahuwata'ala, takutlah untuk durhaka pada Ibu mu, ingatlah dengan kisah Al-Qomah yang menderita ketik saat ajalnya tiba lantaran durhaka pada ibunya, ingat pula kisah juraij, dan kisah-kisah nyata yang saring kita dengarkan kisahnya saat ini.

Durhaka yang kadangkala Allah menjatuhkan hukuman kepada si durhaka secara langsung, namun yang jelas durhaka pada Ibu Bapak  adalah bentuk perbuatan haram dan dosa besar.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau lalu bersabda: "Maukah aku ceritakan kepada kalian dosa besar yang paling besar?" Yaitu tiga perkara, yaitu mensyirikkan Allah, mendurhakai kedua ibu bapak, dan bersaksi palsu atau kata-kata palsu.” (MUSLIM - 126)


Pembaca yang berbahagia dalam berbakti kepada orang tua itu pun ada Ilmunya Nah diantara contoh-contoh kebaikan terhadap orang tua adalah:

Senantiasa khidmat mendengar ucapan mereka, Berdiri ketika mereka berdiri untuk menghormatinya, Menaati semua perintah mereka, Tidak berjalan didepan mereka dengan tidak sopan, Tidak bersuara lantang kepadanya, atau membentak meskipun dengan kata – kata “hus”, Lalu penuhi panggilanya walaupun sesibuk apapun dirimu/ meskipun ketika kamu sedang ibadah mengaji Al-Qur’an atau sholat sunah.

Berusahalah bertutur dan bersuara yang menyenangkan hati mereka, bersikap ramah ( tawadlu’) terhadap mereka, Jangan sekali-kali mengungkit kebaikan (berupa pemberian apapun) yang telah diberikan kepada mereka, Jika memandang pandanglah sepenuhnya jangan melirik kepada mereka karena itu akan menyinggung perasaannya, Janganlah bermuka masam di hadapan mereka, dan jangan bepergian kecuali dengan izin mereka.

Hadirin yang dirahmati Allah, Tentang kebaikan kepada orang tua jika kita uraikan satu persatu maka pembahasannya akan sangat panjang, dan tidak mungkin jika kita bahas dalam satu waktu, dari itu maka teruslah semangat untuk menimba ilmu dari guru maupun dari majelis-majelis taklim.

Demikian tulisan singkat tentang seorang IBU, apabila ada tutur kata, sikap yang kurang berkenan di hati pembaca semua, saya mohon ma’af sebesar-besarnya.

Usikum wanafsi bitaqwallah ihdinassyirotol mustakim,

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jumat, 26 Januari 2018

Cara Untuk Menghadapi Kritikan Pedas

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakhatuh.

Diantara kita pasti pernah diberi suatu nasehat yang bisa menambah semangat hidup kita, itu kalau kita ikhlas menerima nasehat tersebut.

Tetapi terkadang bukan nasehat yang kita dapat, justru malah kritikan yang menjurus kepada meremehkan bahkan samar-samar seperti hinaan dengan tata bahasa yang demikian halus, tetapi terasa menyakitkan dan membuat merah diwajah karena menahan amarah yang terasa ingin meluap.

Sebagai manusia yang hidup bersama dan saling membutuhkan, kita pasti sering mengalami ketidak senangan orang, berupa ucapan-ucapan ketidaksenangan atau ketidakpuasan mereka terhadap sesuatu yang telah kita lakukan, dan terkadang ucapan itu berupa kritikan tanpa membutuhkan adanya jawaban dan lari dari solusi, yang membuat pedas dan panas telinga kita.

Kritikan dari orang lain tersebut biasanya berhubungan dengan ketidakpuasan mereka terhadap perbuatan-perbuatan kita, terutama  yang selalu berhubungan dengan kegiatan; membantu, memberi, memperbaiki, mempengaruhi dan berusaha membangun, maka kita akan selalu menjumpai kritikan.

Kritikan itu sendiri pastilah ada maksud dan tujuan mereka kepada kita. Walaupun kritikan tersebut biasanya adalah bersifat yang membangun, tapi kadang kritikan tersebut bertujuan menjatuhkan kita, karena didengar dari kata-katanya itu sangat pedas ditelinga dan pahit serta sangat menyakitkan didalam hati.

Mungkin pula sesekali anda akan mendapat cemoohan dan hinaan dari orang lain, yang membuat anda bersedih dan meneteskan air mata, atau bahkan membuat tempat tidur anda selalu terasa gerah hingga anda tak pernah bisa tidur nyenyak.
Perlu diingat, orang duduk diatas tanah takkan pernah jatuh, dan bumi berputar pasti tetap pada porosnya.

Adapun mereka kesal dan marah kepada kita, mungkin mereka merasa bahwa kita telah mengunggulinya dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, atau harta.

Dan yang mereka inginkan dari diri kita hanyalah, agar kita menjadi orang yang bodoh dan terlihat berdosa yang tak terampuni sampai kita melepaskan semua karunia dan nikmat Allah yang ada pada diri kita.

Atau sampai kita meninggalkan semua sifat terpuji dan nilai-nilai luhur yang selama ini kita pegang teguh.
Jadi bagi mereka, harusnya merekalah yang lebih unggul dan lebih baik serta lebih pintar dari kita.
Dan untuk menghadapi kritikan mereka yang pedas dan pahit serta menyakitkan hati, anda harus : 


1. Waspadalah Dengan Kata-Kata Yang Diucapkannya


Kita sering sekali disuguhi bermacam-macam kalimat maupun ucapan-ucapan yang terkadang membawa diri mengikuti dan akhirnya terjebak dalam berbagai masalah. Itu karena kita tidak berhati-hati terhadap apa yang mereka katakan.
Maka, agar kita tidak terjebak dan tidak terpengaruh dengan maksud dan keinginan mereka terhadap kita, kita harus benar-benar bijak dan tetap waspada dalam menyikapinya.

2. Kuatkan Jiwa


Dengan kekokohan hati dan kekuatan jiwa yang mumpuni dalam mendengar kritikan dan cemoohan serta hinaan mereka, kita akan lebih mudah dalam menangkal maupun membendung serangan-serangan mereka yang biasanya sering menggunakan kata-kata yang halus, tetapi sebenarnya sangatlah menyakitkan.

3. Bersikap Tegar


Laksana batu cadas yang tetap kokoh berdiri, meski di terpa butiran-butiran salju yang menderannya setiap saat, atau seperti batu karang yang takkan goyah walau diterpa ombak dan badai, yang justru semakin kokoh karenanya. Artinya, jika anda merasa terusik dan terpengaruh oleh kritikan dan cemoohan mereka, berarti anda telah meluluskan keinginan mereka untuk mengotori dan mencemarkan kehidupan anda.

4. Utamakan Akhlak 


Anda juga bisa merespon kritikan mereka, tapi dengan akhlak yang baik. Sebab, kritikan mereka yang menyakitkan itu pada hakekatnya merupakan ungkapan penghormatan untuk anda. Yakni, semakin tinggi derajat dan posisi yang anda duduki, maka semakin pedas pula kritikan itu.

5. Acuhkan 


Atau anda acuhkan saja mereka, dan jangan pernah tertekan oleh setiap daya dan upaya mereka untuk menjatuhkan anda. Betapapun, anda akan kesulitan untuk membungkam mulut dan menahan gerak lidah mereka.

6. Buang Dan Kuburkan 


Kuburlah dalam-dalam setiap kritikan pedas dan tingkah polah mereka yang menyakitkan pada diri anda. Dan jika mampu komentari perkataan mereka dengan nasehat, bahwa apa yang mereka cela dan mereka cemooh pada diri anda adalah sama saja mendo'akan diri mereka sendiri.

Seperti dalam Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya:

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.(QS. Ali 'Imran: 119)

Semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang di terpa angin.

Dan seharusnya kita berusaha agar selalu bercermin pada diri kita sendiri, bahwa dihadapan Allah Subhanahuwata'ala, kita hanyalah manusia hina yang penuh dosa, yang selalu meminta ampunan-Nya.

Dan bila kita ingin diterima oleh semua pihak, di cintai semua orang, dan terhindar dari cela, (walaupun itu merupakan keinginan yang mustahil terjadi dan angan-angan yang terlalu jauh untuk di wujudkan).

Tapi setidaknya anda selalu berusaha :
  • memperbanyak keutamaan-keutamaan yang baik dan bermanfaat,
  • memperbaiki tingkah laku serta akhlak, dan meluruskan setiap kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat.

Semoga kita menjadi manusia yang selalu ingat kepada Allah subhanahu wata'ala, mencontoh sifat-sifat mulia Rasulullah shalalahu'alaihi wassalam, dan bisa saling hormat menghormati serta menghargai pendapat atau hasil karya orang lain.

Semoga ini bermanfaat untuk anda dan terutama diri saya sendiri.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.