Penuntun Jiwa: La Tahzan
Tampilkan postingan dengan label La Tahzan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label La Tahzan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Maret 2018

Optimisme Dan Pesimisme Dalam Berbagai Alur Cerita


Allah berfirman, yang artinya;

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.(QS. At-Taubah: 124)

Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah:125)


Orang-orang yang beriman lagi saleh biasanya sangat mengedepankan optimisme untuk mencari solusi dalam menghadapi permasalahan yang pelik. Mereka akan mencari hikmah dan melihat bahwa akan ada satu kebenaran diatas manhaj yang benar.

Allah berfirman, yang artinya:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".(QS. Al-Baqarah: 216)


Kita hidup memang memerlukan kebersahajaan dalam kecukupan sandang, pangan dan tempat serta kesehatan.

Tetapi ada tiga hal yang menarik dan sangat disukai oleh Abu Darda tetapi kebanyakan manusia justru membencinya.
Dengarkan apa yang dikatakan oleh Abu Darda berikut ini:

"Ada tiga hal yang sangat dibenci oleh orang-orang, namun aku justru menyukainya. Ketiga hal tersebut antara lain; aku suka kefakiran, sakit dan kematian. Mengapa?
Karena kefakiran adalah ketenangan hati, sakit adalah pelebur dosa, dan kematian adalah pertemuan dengan Allah.

Tapi kebanyakan orang akan sangat benci dan mengatakan najis dengan kefakiran.

"Sampai anjingpun tidak suka kefakiran" jika melihat orang yang fakir maka dia akan menggonggong dan menyeringai menampakkan taring-taringnya.

Lantas bagaimana yang dimaksud menurut orang-orang salih, bahwa demam yang menimpa mereka adalah kebahagiaan dan akan mengatakan,

" kini datang penghapus dosa dengan cepat, kuminta kepada Allah agar jangan dicabut lagi"

Namun tidak demikian menurut Al-Mutanabbi, berikut perkataannya tentang demam;

" telah dibelanjakan uang dan tilam buat obatnya, kini sembuh namun masih tersisa di tulang".

Begitupun dengan nabi Yusuf ketika ditimpa permasalahan bagaimana dirinya sangat optimis lebih memilih penjara.
Allah berfirman, yang artinya:

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh".(QS. Yusuf: 33)


Sedangkan Ali ibn al-Jahm juga mengatakan dengan nada yang sama, berikut ini adalah ucapannya;

" kata mereka, engkau dipenjarakan. Kujawab toh tidak membahayakanku, pedang yang akan diasah harus dicabut dari sarungnya."

Tetapi Ali ibn al-Kattib mengatakan;

" kata mereka engkau dipenjarakan. Dan aku jawab, itu ujian yang berat, namun itu akan menjauhkanku dari bidikan zaman."
Kematian adalah sesuatu yang banyak dicari orang dan memang menyenangkan .

Sampai-sampai Mu'adz mengatakan;

" selamat datang kematian, kekasih yang datang saat dibutuhkan, yang membuat orang yang menyesal menjadi senang."

Tetapi justru adalah kebalikannya dengan orang-orang yahudi, bagaimana mereka adalah tipe seandainya bisa, mereka ingin hidup selamanya.


Allah berfirman, yang artinya;

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS. Al-Jumu'ah: 8)

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),(QS. Al-Ahzaab: 23)

Sedangkan bagi sebagaian orang, kematian adalah hal yang sangat dibenci dan dihindari.

Jamil Butsainah pernah berkata;

" berjihadlah wahai jamil, dalam menghadapi peperangan, tapi jihad mana yang aku inginkan selain itu."

Seorang badui arab pernah berkata, "Demi Allah, aku benci sekali kematian diatas pembaringanku. Tetapi bagaiman jika aku akan mencarinya di ujung pedang?"


Allah berfirman, yang artinya;

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".(QS. Ali-Imraan: 168)


 Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(QS. Ali-Imraan: 154)


Demikian beberapa alur cerita dalam berbagai peristiwa yang sebenarnya adalah sama, hanya pelaku ceritanya yang berbeda.


Sumber: La Tahzan karya Dr 'Aidh al-Qarni