Penuntun Jiwa: Hal Paling Berbahaya Adalah Fitnah Yang Ditujukan Kepada Para Ulama Dan Orang Shaleh

Rabu, 21 Februari 2018

Hal Paling Berbahaya Adalah Fitnah Yang Ditujukan Kepada Para Ulama Dan Orang Shaleh



Banyaknya kelompok dan aliran yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, dan merasa paling mengerti tentang islam, merasa paling mengerti sunnah dan merasa paling tetapi tidak mengerti iman yang sesungguhnya.

Dan pada akhirnya ilmu yang didapat hanya menjadi sebuah kefanatikan  karena tidak pernah mengerti arti sesungguhnya yang terkandung didalamnya.

Sehingga ketika ada pertentangan dengan aliran yang tidak sepaham dan merasa diungguli, merasa apa yang mereka inginkan terhalang kemudian dengan sesuka hati menghujat, memfitnah sesama muslim hanya karena beda pendapat.
Lihatlah pembantaian yang menimpa kaum muslimin di berbagai belahan dunia, hanya dipicu perbedaan pandangan dan cara beribadah yang berbeda serta hanya demi kepentingan kelompoknya sendiri.

Begitupun edzaliman yang dilakukan oleh para umara (penguasa). Hanya karena kedudukannya terancam maupun kepentingannya terhalangi, maka dengan sesuka hati mengecam dan menakut-nakuti rakyat kecil.

Sedangkan kesimpangsiuran pendapat dalam perkara-perkara baru yang membutuhkan pembahasan para ulama dan lain-lain, justru menjadi lahan timbulnya fitnah dengan sesuka hati memperdebatkan dengan mempertahankan pendapatnya sendiri tanpa pernah mencoba menyadarkan kesadaran tentang begitu indahnya perbedaan.

Dengan lincahnya memojokkan para ulama maupun orang-orang saleh dengan tuduhan-tuduhan maupun hinaan dalam bentuk seni tulisan pada media sosial yang sebenarnya merupakan fitnah yang keji.

Seakan-akan tidak pernah mengerti arti sunnah yang sebenarnya tetapi merasa paling menjaga sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

Hanya karena berbeda akidah maupun berbeda cara dalam bentuk ibadah, dengan seenaknya berburuk sangka dengan menciptakan ujaran-ujaran kebencian terhadap para ulama dan orang-orang saleh yang tidak sepaham.

Lihatlah para ulama yang terkadang dekat dengan seseorang yang sedang masuk dalam lingkaran politik, seringkali justru malah menerima hujatan-hujatan dan fitnah yang keji dari orang-orang yang sedang membesar-besarkan keburukan kejelekan dalam bentuk sangkaan terhadap lawan politiknya.
Mereka tidak pernah sadar bahkan tak mau sadar bila orang-orang yang mereka benci dan mereka fitnah adalah para pewaris Rasulullah SAW.

Lihatlah berapa menyeramkannya akibat fitnah, sangkaan, dan hinaan yang keji terhadap para alim ulama dan orang-orang saleh, seperti yang telah saya kutip dari  nu.or.id 





Buruk sangka dan ujaran kebencian kerap menyasar para kiai dan orang-orang saleh.

Buruk sangka disertai ujaran kebencian cepat menyebar di pelbagai jenis media sosial.

Label ulama su (ulama yang jahat atau mabuk dunia) sering disematkan kepada para kiai yang menjaga sikap moderat, proporsional, dan toleran terutama sekali.

Pasalnya para kiai dan orang saleh yang menjaga sikap moderat itu kerap disalahartikan sebagai sikap negatif dan memang berisiko disalahartikan.

Meskipun demikian, kita tidak bisa menaruh sangka buruk apalagi disertai ujaran kebencian terhadap mereka.

Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah terhadap semua orang tidak terkecuali para kiai dan orang saleh adalah tindakan menyakitkan yang dilarang agama itu sendiri.

Tindakan menyakitkan ini dapat berakibat fatal, yaitu meruntuhkan bangunan peribadatan kita kepada Allah.


Hal ini dipesan oleh Sahal At-Tustari RA yang dikutip Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani berikut ini:


و)احذر أيضا (من أذى الخلق) فإنه من السموم القاتلة... وقال أيضا "أصولنا سبعة: التمسك بكتاب الله تعالى، الاقتداء بسيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأكل الحلال، واجتناب المعاصي، والتوبة، وأداء الحقوق، وكف الأذى وهو على نوعين: أحدهما كف أذى الجوارح الظاهرة. ثانيهما كف القلب عما يخطر فيه من سوء الظن بالناس فإنه من السموم القاتلة ولا يشعر به أحد لا سيما سوء الظن بالأولياء والعلماء وحملة القرآن."


Artinya, “Hati-hatilah (menyakiti makhluk) karena tindakan itu 
adalah ‘racun mematikan...’ Sahal At-Tustari RA juga berkata, ‘Pokok kami ada tujuh: berpegang pada kitab suci Allah Al-Quran, meneladani Rasulullah SAW, mengonsumsi makanan halal, menjauhi maksiat, bertobat, menunaikan kewajiban, dan 
menahan diri dari tindakan menyakitkan bagi orang lain. Penahanan diri agar tidak menyakiti orang lain terbagi dua: pertama, menahan anggota badan. Kedua, menahan batin dari buruk sangka (suuzzhan) terhadap orang lain yang melintas di hati. Pasalnya, buruk sangka termasuk racun mematikan, tetapi bahaya ini jarang disadari oleh banyak orang, terlebih lagi buruk sangka terhadap para wali, ulama, dan para penghafal Al-Quran,’” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).


Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah terhadap para kiai dan orang saleh bukan hanya menutup pintu rahmat Allah, tetapi juga membuka lebar pintu murka Allah.


Pesan ini berulang kali disampaikan Syekh Ali Wafa kepada Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani dalam kutipan berikut ini:


وفي وصية سيدي علي بن وفا رحمه الله تعالى: إياكم أيها المريدون أن تقعوا في حق أحد من أقران شيخكم فإن لحوم الأولياء سم ولو لم يؤاخذوكم، وإياكم ثم إياكم من الاستهانة بغيبة أحد ولو لم تبلغه تلك الغيبة بل خافوا منها أكثر مما تخافون إذا بلغته فإنه وليه الله تعالى. فاعلم ذلك يا أخي.  

Artinya, “Dalam wasiat guruku Ali bin Wafa–Allah yarhamuh–, ‘Wahai para murid, waspadalah kamu terhadap hak salah seorang sahabat gurumu karena daging para wali adalah racun sekalipun mereka tidak mengambil tindakan terhadapmu. Waspada dan waspada atas penghinaan berupa ghibah terhadap salah seorang dari mereka sekalipun ghibah itu tidak sampai ke telinga mereka. Tetapi yang seharusnya paling kalian takuti adalah ketika ghibahmu sampai ke telinga mereka karena sungguh pelindung mereka adalah Allah. Sadarilah hal ini wahai saudaraku,” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).

Pesan dan pandangan yang disampaikan oleh Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani bukan mengada-ada. Mereka semua merujuk pada larangan Al-Quran pada Surat Al-Hujurat.

Pesan dan pandangan itu lahir dari hasil renungan atas surat tersebut yang kami kutip berikut ini:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak sangka. Sungguh, sebagian sangka merupakan sebuah dosa. Jangan kalian mencari-cari kesalahan orang lain. Janganlah sebagian kalian mengghibah sebagian lainnya. Apakah salah seorang dari kalian senang memakan daging bangkai saudaranya? Kalian tentu tidak menyukainya. Takutlah kepada
Allah. Sungguh, Allah maha penerima tobat lagi penyayang,” Surat Al-Hujurat ayat 12)

Keterangan ini bukan dipahami sebagai larangan untuk mengkritik pemikiran para kiai dan orang saleh.

Keterangan ini diharapkan dapat menjadi rambu-rambu bagi kita untuk tidak segera mempercayai lalu lalang informasi di hape android kita dan tidak menjatuhkan vonis terhadap para kiai dan orang-orang saleh itu.

Dengan kewaspadaan seperti ini, kita tidak ikut men-share informasi tanpa pertanggungjawaban seperti itu. 

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar