Penuntun Jiwa: Mengeluh Dan Menggerutu Bukanlah Solusi Pemecah Masalah

Jumat, 02 Maret 2018

Mengeluh Dan Menggerutu Bukanlah Solusi Pemecah Masalah

Mengeluh hanya akan membuat keadaan menjadi bertambah susah.


Menggerutu bukan jaminan bahwa kesengsaraan akan sirna.


Ingatlah, hanya kepada Allah kita bersandar dan memohon pertolongan.




Dalam perjalanan kehidupannya, manusia kerap kali di terjang masalah dari yang ringan sampai yang berat, dari yang hanya sesekali sampai yang bertubi-tubi, dari yang hanya celaka biasa sampai yang binasa. Dan sering kali juga manusia tersesat tanpa arah, melewati jalan menuju kesusahan dan disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satunya adalah seringnya mengeluh karena tidak punya pondasi iman yang kuat.
Ketetapan adalah ketetapan, dan datangnya masalah karena musibah yang menyebabkan kesedihan itu adalah ketetapan-Nya. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang menginginkan hidup susah.

Tapi bagaimana ketika kita diberi kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan dari alam yang melimpah?

Seringkali ketika kita mendapatkan kenikmatan dari alam yang melimpah justru kita malah melupakan sang pembuat semesta alam. Kita tidak lagi mempedulikan rasa syukur yang seharusnya kita panjatkan kepada-Nya.

Terus bagaimana ketika bencana datang menerjang dengan diiringi musibah  dan masalah yang melanda serta kebahagiaan menjelma menjadi kesusahan?

Ternyata manusia memborong sejuta keluhan, menggerutu dalam kehampaan.

"Kenapa bisa begini"
"Kenapa bisa begitu"
"Kenapa jadi begini"
"Kenapa jadi begitu"

Dan juga memohon sejuta permintaan dalam keputusasaan, berharap dikabulkan sesuai keinginan dalam kenyataan.

"Perkenankan yang ini ya Tuhan"
"Kabulkanlah yang ini ya Tuhan"
Dan itu pun  hanya dengan satu kali mengucap rasa syukur.

Dan apakah ketika musibah, kesusahan, kesedihan datang melanda, kita hanya begitu saja pasrah dalam keputusasaan?

Tentu saja tidak, karena tidak semudah itu dalam menghadapi kesedihan dalam keputusasaan beban kita akan hilang.

Justru dengan datangnya musibah, kesusahan dan kesedihan yang menimpa manusia itu akan memperlihatkan betapa kesombongan, keangkuhan dan keserakahan tidak ada artinya. Kewajiban yang telah ditinggalkannya, akan kembali untuk dilaksanakan. Dan keimanan seseorang akan kembali ditancapkan tanpa harus mengeluh dan menggerutu apalagi berputus asa yang sama sekali tidak ada manfaatnya.

Banyak ayat-ayat suci Al-Qur'an dan juga keyakinan yang lainnya yang mengajarkan bahwa keputusasaan adalah sesuatu yang amat buruk dan harus di hindari.

Sebenarnya inti dari semua masalah adalah agar manusia semakin memahami fitrahnya, memahami apa yang harus di cari selama hidup.

Lantas bagaimana dengan mereka yang tertimpa kesusahan dan kemiskinan serta kepungan kesedihan dalam hidupnya?

Bukan hanya ritual ibadah semata yang di jelas, Al-Qur'an sebagai pegangan hidup seorang muslim sebenarnya telah menjelaskan banyak hal tentang kehidupan manusia, seperti;
Ekonomi, perdagangan, keluarga, pribadi ideal seorang muslim hingga hal-hal yang berkenaan dengan negara pun ada di dalamnya.

Terdapat pula ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang keluhan-keluhan utama, ketika manusia mendapat ujian dengan datangnya musibah dan kesusahan hidup.

Dan ayat-ayat yang berkenaan dengan hal tersebut diantaranya?





Kapan ujian ini akan berakhir?


Ujian yang merupakan cara terbatas untuk mengukur kemampuan dan menilai seberapa besar kesabaran seseorang, telah disebutkan dalam Al-Qur'an

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "kami telah beriman", sedang mereka tidak di uji lagi? (QS. Al-Ankabuut: 2)
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahu orang-orang yang bener dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-'Ankabuut: 3)


Kapankah keinginan ini akan tercapai?


Keinginan seseorang untuk mendapatkan sesuatu agar dapat memilikinya, walau bila keinginan tersebut tidak tercapai sebenarnya tidak mengganggu kelangsungan hidupnya, tetapi dengan sifat keserakahannya itu seseorang akan terus berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa mengetahui baik buruknya dan bagaimanapun caranya.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. Baqarah: 216)


Apakah aku mampu menghadapi cobaan ini?


Ujian atau cobaan dapat menjadikan kebaikan, tetapi dapat pula menjadi keburukan. Dan itu tergantung dari masing-masing individu dalam menghadapinya.
Allah 'Anda ajaklah akan menguji setiap hambanya dengan kebaikan, agar di selidiki seberapa rada syukurnya serta diuji dengan sesuatu yang tidak di sukai agar diselidiki seberapa besar kesabarannya dalam menghadapi ujian tersebut agar terbuktikan.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang ya diusahakannya dan diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum jika kami, jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup aku memukulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatullah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(QS. Baqarah: 286)


Kenapa hidupku jadi begini?

Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan, tetapi harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak terimanya hati dan pikiran dengan kenyataan tersebut.
Dan frustasi bisa tejadi bila tujuan yang hampir selesai mendapat rintangan.
Misalnya saja putus dengan pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah, atau masalah yang tidak kunjung selesai.

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. A-Li-'imraan: 139)





Sanggupkah aku menghadapi semua ini?


Kadang kita dihadapkan terhadap sebuah masalah yang membuat kita kehilangan motivasi atau semangat. Yang lebih parah lagi adalah saat kita menjadi pesimis dan menyerah. Dan yang ada tinggal keluhan, umpatan, dan hujatan yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi justeru memperparah dan memperburuknya.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. Baqarah: 45)



Apa yang aku dapatkan dengan semua ini?


Kebutuhan manusia selama hidup di dunia ini cukup kompleks. Namun, keinginan manusia jauh lebih kompleks karena apapun yang kita butuhkan, pasti kita menginginkannya. Padahal apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta meraka dengan memberikan surga bagi mereka. Mereka berpegang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah: 111)



Kenapa harapanku sia-sia?


Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan datangnya sesuatu yang diinginkan akan didapatkan, atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan adalah masih berbentuk abstrak, tidak nampak, tidak berbentuk, namun diyakini bahkan terkadang di batin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seorang atau sesuatu. Dan pada prakteknya banyak orang menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdo'a atau berusaha.

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".(QS. At-Taubah: 129)



Apakah aku sanggup menjaganya


Ketika manusia manusia diberi amanah dari Tuhannya dengan melimpahnya harta benda, terkadang melalaikan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melupakan perintah-Nya. Tetapi pada saat diuji dengan kemiskinan yang seharusnya bisa menjadi cerminan untuk intropeksi diri,  justru semakin tidak tahan diri, dia tidak sanggup menjaga diri dan menjaga keimanannya dengan mempertaruhkan akidahnya.

أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya". (QS. Yusuf: 12)



Dan segudang serta sejuta pertanyaan lainnya, yang kesemuanya dapat di jawab oleh sang pencipta alam semesta.

Cukup jelaslah bahwa Allah yang memberi cobaan permasalahan,tetapi juga yang memberikan pertolongan dan jawaban.

Dan hanya kepada Allah manusia menyandarkan hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar