Penuntun Jiwa

Minggu, 21 Maret 2021

Serigala Berbulu Domba


Hati-hatilah ketika berada
pada posisi dimana kehidupan
kita sangat berkecukupan,
pada saat itulah bermacam-macam
orang akan mendekat
dengan mengatas namakan
teman dan sahabat yang paling baik. 

Mereka akan bersikap perhatian
dan mengutarakan segala sanjungan
serta segala pujian seolah-olah
menjadi teman yang siap
membantu dimana saja
dan kapan saja serta
apa saja yang kita butuhkan. 

Apa yang mereka katakan
terlihat sangat memukau
sehingga hati kita akan
merasa bangga dan tersanjung
dengan segala tarian lidah
yang begitu lincah memercikkan
suara-suara yang indah didengar. 

Itu semua hanyalah
permainan kehidupan
dengan segala umpan perangkap
agar kita sangat menguntungkan mereka. 
Namun,
bagaimana ketika kehidupan kita
benar-benar dalam kesengsaraan
dengan berbagai macam kekurangan
dari segi ekonomi? 

Apakah mereka
yang tadinya mendekat
akan terus disamping kita
dan membantu kehidupan kita? 

Sebenarnya mereka hanyalah
serigala berbulu domba
yang hanya mengincar
keuntungan semata
tanpa ada keikhlasan
ketika berada dekat dengan kita,
diwaktu kita benar-benar
berada diatas mereka. 

Dan inilah sikap perhatian
yang akan sering kita jumpai
ketika kehidupan kita
sangat berkecukupan dengan
barmacam-macam rizki yang melimpah. 

Diantara sikap dan perhatian tersebut
ada lima yang sangat dominan
menyertai segala tingkah laku mereka
dengan segala jilatan lidah
yang terkadang menutupi mata hati kita; 

1. Bersikap baik pada
    saat tertentu selama menguntungkan

Mereka akan berusaha semaksimal mungkin
untuk mengambil hati kita
dengan selalu mengutamakan
sikap yang baik agar kita
mau mempercayainya. 

Sehingga tujuan utama dari
maksud mereka mudah diraih,
tetapi lain halnya ketika kita
sedang kekurangan,
maka mereka akan segera menyingkir
secara halus. 

Dan ketika kita membutuhkan
pertolongannya,
maka akan ada seribu alasan
bahwa tidak ada waktu
untuk membantu kita. 

Maka sikap dan perhatian yang baik
hanya akan mereka lakukan
disaat menguntungkan.
Dan bila sudah tidak menguntungkan lagi
merekapun akan menjauh,
seolah-olah sudah tidak kenal dengan kita lagi. 

2. Sering sekali memuji
    tanpa memperdulikan situasi

Sikap dan perhatian yang
penuh terhadap kita dari seseorang
disaat kita sedang sukses,
biasanya akan dibarengi dengan
pujian dan sanjungan
yang membuat melambung hati kita. 

Mereka akan menggunakan keahlian dan
kecerdasan dalam merangkai
kata-kata pujian dengan selalu menganggap
bahwa diri kita adalah yang paling
hebat dan luar biasa. 

Bahkan dalam mengungkapkan pujian
dan sanjungan tidak lagi mempedulikan
situasi dan kondisi,
setiap saat mereka tidak akan berhenti
membuat hati kita merasa bangga,
padahal hanya dilidah saja dan
tidak akan keluar dari ketulusan hati. 

Yang terpenting
bagi mereka para penjilat
adalah bahwa kita akan selalu
dekat dengannya dan berharap
membawa keberuntungan harta
dan benda bagi kehidupan mereka. 

3. Tidak akan pernah menolak

Setiap orang yang sedang berusaha
mendekat dengan kita,
disaat kita sedang sukses
akan selalu mempergunakan waktu
sebaik mungkin
agar bisa menjadi teman terbaik,
seolah-olah biar senang maupun susah
akan selalu memberi bantuan yang terbaik
ketika kita membutuhkannya. 

Padahal itu hanya bualan saja,
karena tidak mau kita menjauhinya,
dan apapun yang kita perintahkan
akan selalu dikerjakannya
dengan sesegera mungkin. 

Mereka tidak akan berani menolak
apa yang kita perintahkan,
karena itu adalah kesempatan
dalam menunjukkan bakti
dan setia kepada kita,
itu hanya dilakukan ketika
kita menjadi orang sukses
dengan jabatan tinggi dan berlimpah harta. 
Bagaimana bila kita sedang sengsara?
Mereka pasti akan menghilang begitu saja. 

4. Suka membandingkan dan 
    mengunggulkan

Orang yang selalu memberi perhatian
penuh dengan segala sikap kebaikannya
kepada kita disaat kita menjadi orang sukses,
biasanya akan selalu mengunggulkan
diri kita dihadapan orang banyak. 
Bahkan terkadang mereka tidak segan-segan
menyudutkan seseorang serta membanding-
bandingkangkan kelebihan yang kita miliki
dengan orang yang mereka tidak sukai. 

Dan lebih parahnya lagi,
mereka akan dengan sesuka hati
meremehkan dan orang-orang
yang dianggap menjadi saingan kita. 
Terus bagaimana ketika
kita sedang terpuruk? 
Ternyata suara emasnya ketika memuji
dan menjunjung kelebihan kita
tidak mungkin terdengar lagi. 

5. Penampilannya penuh percaya

Bagi sipemberi perhatian,
pasti akan selalu penuh
dengan sikap yang terpuji
kepada kita disaat kita sukses,
penampilan  bagi mereka adalah segalanya. 
Sebab mereka akan selalu memberi
kesan yang paling baik dihadapan kita
dengan segala penampilan yang memukau
agar kita tertarik terhadap mereka. 

Bagaimana ketika kita
sedang dalam kesusahan?

Mereka biasanya juga akan
berpenampilan apa adanya dihadapan kita,
bahkan mereka akan memperlihatkan
kesusahan yang lebih dari kita,
seakan-akan tidaklah mampu
ketika kita meminta bantuannya. 

Lantas bagaimana kita menyikapi
orang-orang tersebut? 

Yang perlu kita lakukan adalah,
kita harus punya pedoman hidup,
bahwa kita tanpa mereka
juga akan tetap sukses,
berilah perhatian seadanya saja. 
Jangan pernah terbujuk
dengan suara emasnya
yang penuh dengan kepalsuan
dan jauh dari keikhlasan. 

Berhati-hatilah dengan segala pesona
yang ditebarkannya dihadapan kita,
agar kita tidak terpedaya oleh
segala bentuk perhatian dan
segala sikap yang penuh dengan kebaikan,
sebab semua hanya semu. 

Ingatlah bahwa teman sejati adalah
teman yang mampu menunjukkan
kepeduliannya ketika kita
sedang terpuruk dalam kesusahan. 

Semoga bermanfaat...

Sabtu, 06 Maret 2021

Di Celah Nikmat Karunia Yang Kau Dapat Ternyata Engkau Telah Durhaka


Sebuah celah terkadang akan memberikan solusi yang sangat berharga ketika sedang bersusah payah mencari jalan keluar dari perangkap waktu yang mengancam kebebasan.

Dan ketika kebebasan sudah dirasakan maka tidak ada lagi perasaan tertekan, dan disaat itu pula kita sudah tidak lagi memikirkan siapa yang memberi kebebasan hingga kenikmatan bisa dirasakan. Dan yang ada hanyalah kepuasan untuk mempergunakan keleluasaan dalam menikmati kemerdekaan.

Itulah manusia tanpa budi,
betapa tidak, Allah Subhanahuwata'ala telah memberikan segala anugerah kepada siapa saja tanpa pilih kasih. Setiap detik berapa banyak oksigen yang telah dihirup, dan setiap detik itu pula manusia menyambung hidup.

Tetapi malang, di celah-celah kehidupan itu pula manusia tanpa sadar telah berbuat durhaka kepada sang Pencipta. Rasa syukur yang seharusnya tercurahkan atas semua nikmat yang telah diraih telah sirna tertutup oleh nafsu untuk menikmati sepuas-puasnya kebebasan.

Dan ketika hati nurani perlahan meraih kesadarannya ternyata hanya penundaan dengan mengedepankan kata-kata " NANTI" yang selalu terlukis pada makna sebuah janji.

Seolah-olah engkau merasa masih menjadi seorang yang suci, apa yang dilakukan seakan-akan tidak akan dipertanyakan. Dengan membiaskan perbuatan dosa yang telah engkau lakukan dan meyakini itu semua pada akhirnya nanti tinggal meminta ampunan, padahal Allah Maha Tahu segala-galanya.

Dengan sengaja engkau membuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya, dan lebih mengedepankan kesibukan dunia dengan berpura-pura bahwa apa yang engkau lakukan adalah sebuah perjuangan sebagai bekal akhirat.

Engkau hidup menelusuri waktu memang memerlukan makanan, dan Allah-pun masih memberi engkau kenikmatan untuk bisa menyantap segala makanan yang telah Allah berikan. Tetapi disaat itu pula engkau durhaka kepada-NYA, dengan melupakan segala apa yang menjadi kewajiban. Suara Adzan di waktu dhuhur bukan engkau anggap sebagai pertanda waktu shalat, tetapi hanya sebagai pertanda istirahat dan waktu untuk makan.

Engkau telah melupakan siapa yang memberi makan dan siapa yang memberi kenikmatan beristirahat setelah lelah bekerja.

Diwaktu engkau sakit, maka tak henti-hentinya engkau berdoa memohon kesembuhan. Dan dengan segala kebaikan-NYA Allah menyembuhkan penyakit yang engkau derita. Dan berangsur-angsur pula kesehatan yang engkau dambakan terpenuhi, dan bertambah segar tubuh engkau serta akhirnya dapat beraktifitas dan bekerja, membangun masa depan.

Tetapi di dalam bekerja dan membangun untuk kemajuan taraf hidup, disitulah engkau mendurhakai Allah, dengan melupakan siapa yang memberi kesehatan, tubuh segar, rizki lancar dan kehidupan yang semakin maju.

Engkau hanya selalu mengedepankan kehidupan duniawi dengan membiaskan kehidupan akhirat, serta dengan kepura-puraanya engkau meyakini bahwa apa yang engkau cari hanya untuk bekal diakhirat nanti tanpa pernah mau tahu jalan pasti yang telah Allah tunjukkan.

Sudah berapa banyak kepura-puraan yang engkau lakukan dengan membiaskan dosa yang engkau perbuat tanpa pernah mau peduli untuk menyadarkan hati nurani.

Sudah berapa banyak kebohongan yang telah engkau maknai dengan senjata ungkapan sebuah kata "NANTI" yang belum tentu engkau tepati, sebagai pengganti pertaubatan yang seharusnya dilakukan.

Betapa engkau telah meremehkan ketauhidan dari kewajiban yang seharusnya dikerjakan, dengan mengulur-ulur waktu yang terus berputar, seakan-akan engkau pasti mampu mewujudkan khayalan bahwa masih ada masa untuk bertaubat di akhir nanti.

Apakah engkau tidak malu kepada Tuhan?

Mengapa engkau tidak berfikir satu masa nanti engkau akan menemui-Nya

Segala nikmat akan ditanya sekalipun sebesar biji gandum, lantas bagaimana nanti engkau hendak menjawabnya?

Mengapa kecerdikan akal engkau miliki itu tidak boleh memikirkan tentang nasib engkau diakhir nanti?

Apalah artinya cerdik tapi tidak dapat menyelamatkan diri engkau di hari kebangkitan nanti.

Sadarkan diri engkau sekarang juga, sebelum ajal menjemputmu sebelum waktu pertaubatan yang engkau janjikan tak mau lagi menunggumu.

Kesulitan Ataukah Kemudahan?


Seorang lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui Sayidina Ali bin Abi Tholib, ia pun berkata,

“Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”

👉 Sayidina Ali menjawab,
“Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah !”

Lelaki itu berkata, “Ya, tanyakanlah !”

“Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini?” kata Ali bin Abi Tholib,

“Tentu tidak” jawabnya.

“Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini ?” tanya Sayidina Ali bin Abi Tholib,

“Tidak juga” jawabnya.

Lalu Sayidina Ali berkata,
“Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi?”

“Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini.

Bersabarlah atas urusan dunia, Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan….

Tersenyumlah ! karena rizkimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur….

Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur….”

Kemudian Sayidina Ali bin Abi Tholib meneruskan ungkapannya,

“Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan.
Keduanya adalah nikmat jika ia sadari.

*Dibalik kemudahan ada rasa syukur.*

Sementara ALLAH berfirman,

“Allah akan Memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”
(QS.Ali Imran: 144)

*Dan dibalik kesulitan ada kesabaran.*

ALLAH berfirman,

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”
(QS.Az-Zumar: 10)

Bagi seorang mukmin, kesulitan dan kemudahan adalah ladang untuk menabung pahala dan hadiah dari ALLAH Subhana Wa Ta'ala..

Lalu kenapa masih bersedih?
Jangan selalu mengeluh "Ohh masalahku begitu besar.

Tapi katakan pada masalah itu,

Sungguh aku punya ALLAH sebagai pelindungku, yang Maha Melihat, yang Maha Mendengar, Lagi Maha Mengetahui.

*"JADI..JANGANLAH BERSEDIH DAN MENGELUH"*

Saudaraku bersyukurlah atas nikmat yang diberikan oleh ALLAH, dan selalulah berbuat baik dalam hidup ini serta saling tolong menolonglah bagi sesama juga saling ingat mengingatkanlah tentang kebaikan dan kesabaran,

Insya ALLAH hidup kita akan tentram dunia dan akhirat.
Aamiin yaa Rabbal'alamiin.

Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat


Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.

Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin
Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan
demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada
kakek beliau.

Tahun Gajah

Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari
negeri Habasyah untuk merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini
berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah Swt yang mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini terjadi
pada pertengahan abad ke 6 Masehi.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari
Senin, malam 12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.

Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun, antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155 tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.

Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena
ayahnya Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada
waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.

Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW

Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan
omongan yang fasih.

Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau.

Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang
melanda daerah tempat tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.

Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.

Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw

Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke
Madinah untuk menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw

Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau
meninggal dunia, maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam

Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira
dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.

Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar

Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini
sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam

Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.

Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib
bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah

Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan
Khadijah binti Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.

Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan
Thayyib, yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri
yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.

Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab.

Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan.
Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi
Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah

Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah dan menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.

Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan
Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah.

Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut
memanggul batu di atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.

Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.

Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian.
Beliau memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul

Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan
ditetapkannya sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril
kepadanya, dimana sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama

Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ – خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ – اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
– الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)

Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.

Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata: “Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”

Dakwah Secara Rahasia

Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki
adalah Abu Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri
beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib,
dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu
patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, dengan firmanNya,

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.” (Al-Hijr, 94)

Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.

Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya

Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain
beliau dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya.
Namun beliau senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah

Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.

Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah

Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di pasar
kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.

Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di
Kabah. Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya.

Penghentian Boikot

Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan,
sedang lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.

Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu,
perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian.

Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)

Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua
bulan kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.

Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.

Hijrah ke Thaif

Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada
penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke Mekkah.

Isra dan Mi’raj

Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra
adalah perjalanan Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)

Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam
tinggi dan di sana diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah

Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka.
Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang tetap kafir.

Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena telah tersebarnya Islam di sana.

Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW. Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok mereka yang
enam orang yang telah beriman sebelumnya.

Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian mereka kembali ke Madinah.
Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada
penduduk Madinah.

Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.

Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah

Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.

Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur

Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,

إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّـهَ مَعَنَا

Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (At-Taubah, 40)

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.

Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.

Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.

Masjid Pertama Quba

Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang
petunjuk jalan datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.

Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul
Awwal. Itulah tanggal hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.

Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh
Allah SWT diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah

Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah. Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya mengelilingi beliau, sementara para wanita dan
anak-anak keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya
mendendangkan nasyid :

Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i

Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada.
Kita wajib bersyukur kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya.
Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”

Tahun Pertama Hijriah

Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia.
Beliau secara pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin untuk cinta bekerja dan beramal.

Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan
saran untuk memanggil kaum muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.

Disyariatkannya Berperang

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang. Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.

Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri atas tindakan mereka.

Tahun Kedua Hijriah

Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak
diantara kota Mekkah dan kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan

Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah. Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)

Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk
mengeluarkan zakat bagi orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي
الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّـهِ ۗ وَاللَّـهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ

Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra

Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika
Nabi Muhammad Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000 personil.

Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran
antara keduanya, dan Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.

Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat
dikalahkan, mereka lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّـهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)

Tebusan Tawanan Dengan Mengajar

Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari
orang-orang miskin.

Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di Madinah.

Sholat ‘Id Pertama

Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin.

Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat kepada mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain penuh keakraban dan persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah

Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga tempat tinggalnya.

Perang Ghathafan

Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya
tidak begitu penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu
peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah musuh ke gunung-gunung.

Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau seraya berkata:

“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”

Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”

Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”

Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”

Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya memeluk agama Islam.

Perang Uhud

Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.

Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW.
Jumlah pasukan Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih
personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari
kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.

Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan
menikah dengan Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.

Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ
الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijriah

Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk
oleh rayuan syaithan.

Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung
mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.

Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan
diturunkannya wahyu tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun
ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)

Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan
orang-orang Yahudi bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat kepada
kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.

Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah, tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau
memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit, sebagai bentuk
strategi untuk menghindari serbuan mereka.

Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,

”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan mereka.”

Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah pada malam itu juga.

Perintah Memakai Hijab

Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci
bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)

Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak
dibenarkan duduk-duduk berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”

Diwajibkannya Ibadah Haji

Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang
mampu mengadakan perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,

وَلِلَّـهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)

Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang
terpenting dan paling esensi adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang
sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan perbedaan kulit, etnis dan
bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi.

Perjanjian Damai Hudaibiyah

Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai
hudaibiyah). Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah untuk melaksanakan
ibadah Umroh. Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk
bepergian sebagai musafir.

Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram. Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi lima hal, yaitu :

Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua
belah pihak selama sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.

Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan
perjalanan untuk Umrah pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW orang yang dating ke pihak mereka dari Madinah.

Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.

Bai’atur Ridwan

Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi
Muhammad Saw menunjuk Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat. Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan telah dibunuh oleh
pihak kaum Musyirikin.

Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.

Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka
merasa takut dan gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan
kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).

Dan Allah swt berfirman pula:

Tek arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
(Al-Fath, 18).

Pengiriman Surat Kepada Raja-raja

Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada
beberapa orang Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.

Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah, Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.

Perang Khaibar

Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada
kali ini adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak. Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin perang.

Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika
Rasulullah Saw mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.

Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.

‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)

Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah yang belum sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada hari dilakukannya Perjanjian Damai di Hudaibiyah.

Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke puncak-puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di Baitil Haram.
Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah,
setelah mereka berdiam di Mekkah selama tiga hari.

Perang Mu’tah

Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu
Nabi Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak
Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.

Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara
keduanya. Kalau tidak karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal pertempuran hampir
mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya
pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.

Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)

Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke Mekkah.

Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah, sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)

Firman-Nya lagi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan
tidak (pula) akan memulai.” (Saba, 49).

Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk
melakukan pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.

Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah, maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali, sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.

Peristiwa Perang Hunain

Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas
itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).

Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak. Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan
batu-batu besar. Betapa terkejutnya pasukan Muslim ketika melihat
kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari bercerai-berai. Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu sufyan bin Haris anak paman Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah

Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di Ji’ranah selama tiga belas malam. Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi
isyarat dengan tangan beliau ke arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah
meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam belas hari.

Ekspedisi Tabuk

Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.

Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk
melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.

Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya, Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin
Affan dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-ibu muslimat
menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.

Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.

Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah

Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.

Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin
orang-orang munafik, dimana dengan meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.

Abu Bakar Melaksanakan Haji

Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar,
bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).

Tahun Kesepuluh Hijrah

Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij dari penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam. Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum
Muslimin dengan bongkahan batu-batu, maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.

Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.

Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari arah ‘Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.

Haji Wada’

Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10
hijriah berangkat menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu
tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana
Beliau berkhutbah yang dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam. Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Al-Maidah, 3).

Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke
Madinah dengan selamat. Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan sebelas hari.

Sakitnya Nabi Muhammad Saw

Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di kediaman Aisyah saja. Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka. Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan
dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara Abbas mendahului berjalan di depan.

Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya, hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar.
Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan. Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda: Wahai
manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian
nabimu. Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan. Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu
di Haudh (Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa
datang ke telaga itu dan bertemu denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada tempatnya,
kecuali yang pantas untuk dikerjakan.

Wafatnya Nabi Muhammad Saw

Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan terus
menangis.

Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan
barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa
hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati
(pula).” (Az-Zumar, 30).

Dan firman Allah Swt:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran, 144)

Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan

Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin. Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya baju, dan tidak adanya pula surban.

Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak. Jenazah Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana Beliau wafat.

Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal, sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan kepada keluarga serta para sahabatnya semua.

Usia Nabi Muhammad Saw

Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani
sebelum ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah
beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan sepuluh tahun beliau jalani di
Madinah sesudah hijrah.

Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua.

Kamis, 24 Januari 2019

Syair renungan hidup

Kuas penyempurna dan pemikat hasrat telah di depan mata bahkan tersentuh tangan, tetapi tetap saja permainan syahwat lebih menarik untuk terus dipuja.. 

Tiupan angin pembawa suara dari lantunan ayat suci mengalir lembut merayap menelusuri gendang telinga, namun hatiku yang rapuh tak mampu tuk bersimpuh.. 

Padahal diantara sejuta helai rambut yang hitam dan tergerai, telah tumbuh lembaran sinar putih membentuk lampu mercuri dan mengibaskan sayapnya pada sajadah-sajadah doa yang terhampar, 

dan meliak-liuk  mengikuti irama dari gerak tubuh yang sedang berusaha menggapai tempat sujud walau dengan keterpaksaan.. 

Makna suci yang seharusnya tersalin rapi dalam sanubari, nyatanya hanya permisi berlalu begitu saja tanpa pernah mau menyelimuti nurani.. 

Bahkan walau lidah dengan lincahnya mampu mengeja huruf yang patah, dan isi kepala dengan kuatnya mencetak bentuk hafalan... 

Tetapi tetap saja semuanya tak berfungsi serta tak kuasa menyadarkan jiwa yang terhempas dalam kemunafikan dan terjerat lilitan kelalaian... 

Hanya sesekali ratapan dan kesedihan yang terkadang menyadarkan diri untuk mengusap keringat yang mengembun pada pori-pori, ketika harga diri tak berfungsi... 

Pada akhirnya hanya penyesalan tiada arti dari kesadaran yang mumpuni tuk berusaha mendekatkan diri pada Ilahi Rabbi.. 

Minggu, 06 Mei 2018

Shalawat Bentuk Rindu Kepada Rasulullah

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Orang yg paling banyak mendapat perhatianku pd hari kiamat ialah orang yg paling banyak *SHOLAWATnya untukku."

1.HABIB MUNDZIR AL MUSAWA

   "Tdk ada amalan yg cepat mndatangkan *mahabbah/rasa cinta
kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. kecuali *SHOLAWAT."

2.HABIB UMAR BIN HAFIDZ

   "Sesungguhnya hati yg tdk rindu berjumpa dgn Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. dan tdk tergugah untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, itu pasti hati yg terputus dari hakikat keimanan kepada Nabi Muhammad dan hakikat iman kepada Tuhannya Nabi Muhammad."

   "Orang yg menyebar sholawat diantara umat manusia (mengingatkan orang untuk bersholawat kepada Rasulullah), ia akan menjadi orang yg paling dekat dgn Rasulullah."

3.ABUYA AS SAYYID MUHAMMAD AL MALIKI

   "Kunci segala rahasia adalah bersumber pd bacaan sholawat kepada Rasulullah."

4.HABIB TAUFIQ BIN ABDUL  QADIR ASSEGAF

   "Sholawat itu *tdk perlu guru, dan tdk dibatalkan oleh riya'*.Lebih bagus lagi kalau ikhlas dan dgn rasa cinta kepada Rasulullah.Itulah hebatnya sholawat kepada beliau."

5.HABIB KADZIM BIN JA'FAR ASSEGAF

   "Janganlah kalian tidur sehingga kalian bersholawat paling kurang 20X, dan jika seseorang tidur tanpa bersholawat, maka ia adalah manusia yg rugi karena menjadi jauh dari Rasulullah."

6.HABIB NOVAL AL BHAKHAITS BA' ALAWY

   "Sholawat itu melembutkan hati."

7.HABIB SYECH BIN ABDUL QODIR ASSEGAF

   "Manusia kini banyak masalah didalam hati, dgn bersholawat masalah itu akan hilang."

8.KH.M.ZAINI ABDUL GHANI (Guru Sekumpul)

   "Hidup di akhir zaman ini, jalan menuju Allah yg selamat adalah dgn memperbanyak sholawat."

9.HABIB AHMAD MASYHUR BIN THOHA AL HADDAD (Guru Habib Umar Bin Hafidz)

   "Jika seseorang menggabungkan antara sholawat pd Rasulullah dan istighfar pd Allah, maka ia akan dijamin aman."

10.KH.ABDUL HAMID

    "Perbanyaklah istighfar dan sholawat untuk memenuhi hajat kalian."


*🌺اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَسَلِّمْ تَسْلِيماً🌺*

BANTAHAN ATAS FITNAH DAN TUDUHAN KEPADA KYAI SAID AQIL SIRADJ DALAM KUNJUNGAN GRAND SYEIKH AL-AZHAR KE KANTOR PBNU 2 MEI 2018

_Habib Umar bin Husein Assegaf, Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Kekerasan dan Intoleransi (GENERASI)_

```Jangan kebencian kamu kepada suatu kaum menjadikanmu berlaku tak adil, dialog yang cerdas antara Syeikhul Azhar dan Kang Said terlihat jelas bahwa mereka tidak ada saling menegasi, tidak saling mengagresi dan tidak saling merendahkan satu dengan yang lain karena keduanya adalah Ulama yang berwawasan luas, moderat, tawadhuw' dan berakhlaq mulia.

Pembuat potongan video kunjungan Syeikhul Azhar ke Kantor PBNU yang di viralkan itu tidak jujur dalam mengutip poin-poin pembicaraan Kyai Said Aqil Siradj seperti yang dihilangkan dan tidak diterjemahkan adalah ucapan Kyai Said tentang Nasionalisme Arab yang rapuh, absurd dan tidak Islami yang diusung oleh seorang Arab beragama Nasrani Michel Aflaq dan gaung Sosialisme dan Nasionalisme Arab mendapat tempat dan dukungan secara luas kala itu.

Kang Said menjelaskan Islam Nusantara adalah bukan sesuatu yang baru, Islam Nusantara hanyalah sebuah typologi bukan aliran atau mazhab tetapi adalah intisari Islam itu sendiri.

Islam Nusantara adalah Islam Washatiyah yaitu Islam moderat (bukan fanatik) dan Islam jalan tengah, tentu penjelasan Kang Said ini mendapat apresiasi oleh Syeikhul Azhar.

Islam di Nusantara khususnya Indonesia adalah Islam yang menggabungkan Nasionalisme dengan keimanann (Islam) sebagaimana yang gariskan oleh pendiri NU Hadratussyeikh Allamah Hasyim Asy'ari Hubbbul Wathon Minal Iman bukan Islam yang memisahkan antara Nasionalisme dengan keIslaman seperti keinginan Bapak Pendiri Nasionalisme dan Sosialisme Arab Michel Aflaq.

Ucapan yang terkenal dari Michel Aflaq adalah Islam adalah bagian kecil dari kebudayaan Arab yang besar, padahal Arab memiliki kehormatan, memiliki peradaban yang gemilang karena hadirnya Islam dan bukan sebaliknya.

Tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada Kyai Said sebagai anti Arab selain tidak tepat juga tidak menemukan urgensi dan korelasinya karena beliau adalah seorang penuntut ilmu yang pernah sekolah di negeri Arab, belajar Islam dari literatur bahasa Arab, memiliki guru-guru orang Arab dan beliau sendiri adalah keturunan Arab.

Kyai Said mengatakan Islam yang dikembangkan di Indonesia adalah Islam Nusantara atau dengan kata lain Islam Washotiyah bukan Islam "Arab". Yang dimaksud bukan Islam Arab adalah Islam yang sekarang ini dipromosikan oleh kelompok ekstrem yang dalam perjuangannya mengangkat senjata dan menghalalkan darah sesama kaum muslimin.

Bukan Islam "Arab" yang dimaksud Kyai Said adalah sebuah fenomena kekinian, sekelompok orang yang berislam dengan menonjolkan atribut-atribut, yang mudah menyesatkafirkan sesama ahlul qiblah (takfirisme), kelompok yang paling mengaku Islam tetapi jauh dari nilai-nilai Islam seperti ciri-ciri mereka yang kita kenal hari ini mereka sangat intoleran, gemar sebarkan fitnah dan adu-domba sesama kaum Muslimin.

Ala kulli hal marilah kita berfiikr rasional dan bukan mendahulukan kebencian-kebencian karena hanya berbeda pendapat karena kebencian tidak akan membawa kebaikan tetapi akan membawa kehancuran dan perpecahan-perpecahan.Wallahu A'lam Bishowab.```

_Bandung, 7 Mei 2018_

Kontroversi Tidak Harus Saling Membenci

Kalau tidak kontroversi bukan Prof. Dr. Said Aqil Siradj namanya. Sejak kepulangannya ke tanah air pada 1994, beliau membuat keriuhan luar biasa. Misalnya beliau melempar gagasan untuk mengevaluasi konsep Aswaja NU.

Karena pembatasan Asya'ariyah dan Maturidiyah dalam aqidah aswaja menurutnya terlalu sempit. Saya mengapresiasi gagasan ini.

Dan sempat menanyakan kepada beliau, kenapan gagasan itu tidak dilanjutkan, kata beliau "para kiai tidak menghendaki". Ini sikap tawadhu beliau, dan pekerti seperti ini akhlak khas ulama Nahdhiyin.

Beliau sosok langka. Kata orang Arab, 'ذكاؤه غير عادي' dzakauhu gairu 'adiy, keceradasan beliau tidak biasa, alias genius. Dalam dirinya terkumpul قوة الذاكرة, ingatan yang tajam, dan kedua المفاهم الغريزة, pemahaman yang mendalam dan tentu saja beliau dahulu pelajar yang serius, بذل الوسع, mengerahkan upaya lahir batin dalam belajar.

NU beruntung mempunyai ulama pemikir kaliber dunia dengan gagasan genuin seperti beliau. Saya sebenarnya kurang setuju beliau menjadi Ketua umum PBNU, karena posisi ini akan menyibukan beliau dan kapasitasnya sebagai pemikir besar tidak akan terekplorasi untuk terus menyegarkan basis epistemologi NU; kalam, fikih dan tasawuf, tiga bidang yang sangat beliau kuasai.

Dari tiga bidang itu menurut saya, ilmu kalam, terjadi kemandegan luar biasa. Mesir berbangga dengan Abas Aqad hingga Hasan Hanafi, Sudan Mahmud Muhammad Thoha, Al-Jazair dengan Arkoun, saya yakin Prof Said Aqil menjadi raksasa pemikir yang konsep-konsep mutakhirnya dalam studi Islam bisa dipelajari diberbagai belahan dunia, seperti kampus-kampus kita mempelajari pemikiran para cendikiawan yang saya sebut sebelumnya.

Berharap boleh kan? Tapi saat ini tidak ada yang lebih pantas menahkodai kapal pesiar lintas zaman; ormas Islam terbesar di Dunia نهضة العلماء، NU selain beliau Prof. Said Aqil Siradj.
Masalahnya kualitas pemahaman warga NU itu juga tidak merata, tidak sama. Banyak yang belum siap dipimpin oleh intelektual besar seperti beliau. 

Dan salah satu keramat NU, organisasi yang didirikan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asyari ini akan dipimpin oleh tokoh dengan kapasitas yang sesuai tantangan zamannya. Jadi beliau saat ini menjadi ketua NU itu boleh dikatakan 'nubuwat', sesuatu yang ilahi, bukan kebetulan.

Banyak warga NU di zaman ini, milenium 21 atau abad 14 H, tapi imajinasinya masih pada zaman Abdullah bin Saba oknum Syiah Rafidhah, masih banyak yang imajinasinya di era oknum pengikut Imam Ahmad bin Hanbal merajia pasar dan menghancurkan toko-toko.

Perdebatan itu selesai. Sekarang waktunya kita membangun negara kesatuan NKRI. Yang didalamnya ada Islam dan 5 agama lain, dan dalam Islam sendiri banyak aliran dan faham yang berlainan.

Ada orang-orang NU yang belum move on dan terus melanggengkan perdebatan berabad-abad lampau itu. Kita boleh meyakini kita paling benar, tanpa menafikan hak orang lain mempunyai persepsi yang sama dengan nilai-nilai yang mereka anut. Ini yang diperjuangkan yang mulia Prof. Dr Said Aqil Sirajd.
Soal yang rame saat ini, yaitu ucapan beliau Syekh-syekh Timur Tengah yang mundar mandir ke Indonesia banyak yang tidak berkualitas, saya setuju kalau yang menyampaikan bukan melalui lisan beliau.

Seperti saya-saya inilah. Karena faktanya begitu, tidak semua syekh yang datang hilir mudik ke pesantren-pesantren, ngisi seminar dan konferensi bermutu.

Yang saya alami sendiri. Ketika bersinggungan dengan sebagian dari mereka, waktu ngurus acara yang melibatkan ulama dari luar negeri (tidak perlu anda asosiasikan acara mana) ada yang dagang sekolah luar negeri di Indonesia, menawarkan sekolah terbuka kemudian dapat ijazah dan gelar luar negeri dari mereka.

Ada juga yang mengunggulkan tarekatnya seakan tarekat dan ulama tarekat lain tidak ada kemuliaannya.

Masalahnya yang mondar mandir ke Indonesia bukan hanya tokoh yang saya maksud, ada Habib Umar bin Hafidz ada Habib Abu Bakar Adni, ada Habib Ali Jufri dan nama beken lain. Tentu saja yang beliau maksud bukan tokoh-tokoh itu.

Dalam ucapan beliau terkandung ajakan untuk menghormati kiai dalam negeri, yang tak kalah hebat, jangan terlalu kem-Arab. Perasaan kurang afdhal kalau tidak mengundang ulama LN itu saya kira penyakit. Apalagi tujuannya untuk membranding institusi atau lembaga, terlebih kalau untuk melegitimasi kecenderungan kelompoknya.

Kontroversi beliau saya kira tidak akan berakhir sampai disini (kalau sikap terus terang beliau dianggap kontroversi). Sayangnya orang lebih fokus pada kontroversinya saja, padahal khazanah ilmu beliau luas tak terkira.

Barangkali kita perlu merenungkan nasihat Grandz Syekh Azhar Prof Dr. Ahmad Thayib "ketika seorang atau kelompok yang tidak Anda sukai, atau salah, jangan menghilangkan hal-hal baik dalam diri orang tersebut.

Jika tidak disibukan oleh khidmah beliau untuk NU, saya yakin الباقلاني الصغير, al-Baqilani zaman ini akan lahir di Indonesia, dan Prof Dr. Said Aqil sosoknya. Panjang umur, berkah dan bermanfaat untuk muslim Indonesia Kiaku. 

Ada Apa Dengan Rokok

Dalam bahasa arab disebut دخن (dakhina) atau سجر, orang yg merokok disebut al mudakhin.

Fatwa MUI tentang tentang rokok Mengharamkan dan Memakruhkan rokok adalah bahwa :

-Jika untuk anak², ibu hamil, dan pengurus MUI adalah حرام لذاتة (diniatkan asalnya Haram sebab melihat mudharat bagi yg disebutkan).

-Jika untuk orang dewasa adalah مكروه لغيره (makhruh lighoirihi/ makruh dikarenakan blm ada hukum asal yang mengikat) dan asal rokok adalah mubah.

Para imam yg terpandang telah menjelaskan bahwa merokok tidaklah haram, di antara mereka adalah Abd al Ghani an Nabilisi seorang murabbi bermadzhab Hanafiah, dalam risalahnya menjelaskan kebolehan merokok dan ini telah disahkan oleh yg lain Asy Syabramalis juga Syaikh As Sulthan al Halab al Barmawi berkata "Bahwa rokok hukumnya halal. Keharamannya bukan karena ia memang haram namun sebab unsur luar yg datang".

Keharamnya bukan karena rokok itu sendiri haram li dzatihi, namun karena ada unsur dan faktor luar yang memengaruhi atau-pun merubah hukum halal itu. Contoh unsur luar itu adalah mudharat yg timbul di picu oleh rokok, dari pendapat al Barmawi "Hukum rokok menjadi relatif”.

Dalam kitab syarh Lamiyah Ibn al Wardiy jika memang benar bahwa rokok adalah najis karena dibasahi khamr maka pengarang kitab tersebut menyatakan “jelaslah bahwa keharaman rokok karena ada unsur luar" (karena dibasahi khamr) bukan karena dzat asal rokok itu haram, akan tetapi jika tuduhan yang menyatakan bahwa rokok itu najis tidak benar maka hukum rokok kembali kepada hukum asalnya, yaitu suci.

Ar Rusyd dalam kitab Hasyiyah 'ala Nihayah menyatakan bahwa tidak adanya dalil yg dapat dijadikan dasar untuk mengharamkan rokok, yang ada adalah dalil bahwa menghisap dan mengkomsumsi rokok hukumnya mubah.

Dalam kitab Ghayah al Bayan li Hilli Na La Yaghib al'aql Ad Dukhon bahwa Syaikh al Ajhuri mengatakan: "menghisap rokok hukumnya halal. Dengan syarat rokok tersebut tidak membuat si perokok kehilangan "Kesadarannya" dan tidak pula membuat tubuhnya tertimpa suatu mudharat tertentu.

Bahkan bisa menjadi suatu hal yg dibutuhkan buat infirodi (individual), ("menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimat, karena menuntut ilmu itu wajib maka jika ada orang yg tidak bisa berpikir dan nalarnya buntu untuk belajar karena tidak menghisap sebatang rokok maka hukum rokok itu menjadi kebutuhan infirodi / untuk dirinya sendiri")Tidak lebih dari itu.

Namun yg perlu di ingat adalah kita harus menjaga dan menghormati norma dan nilai² masyarakat, lingkungan serta alam sekitarnya selama menghisap rokok, karena TIDAK semua orang suka dengan hadirnya rokok.

Masih banyak lagi kitab² yg menghalalkan rokok dan lagi² kesemuan tidak keluar dari kaidah ushul fiqh yaitu "Selama tidak ada pola baru yg mengubahnya maka pola lama tetap berlaku”.

MAKRUHNYA ROKOK: makruh adalah sesuatu yang dilarang tetapi larangan itu disertai oleh sesuatu yg menunjukkan bahwa yg dimaksud dengan larangan itu bukanlah "Haram”. Rokok adalah salah satu isapan favorit bagi yang "menyukainya", hal tersebut menyimpan sifat kecanduan namun kecanduan itu dapat ditangani jika seorang perokok ingin meninggalkannya, memang belum ada hukum yg menetapkan bahwa rokok itu "mutlak haram” oleh karena itu selama belum ada hukum yg menetapkan sesuatu itu haram maka hukum awal masih berlaku الاصل الاباحة sebagaimana kaidah ushul fiqh yg dilontarkan imam Syaukani dalam kitab Irsyad al Fuhul

ان ما ثبت فى الزمان الماض فالاصل بقاؤه فى الزمان المستقبل

"Apa yg pernah berlaku secara tetap pada masa lalu, maka pada prinsipnya tetap berlaku pada masa yg akan datang” dan Ibn as Subki dalam kitab Jam’u al Jawami’ II menyatakan:

ثبوت امر فى الثانى لثبوته فى الاول لفقدان ما يصلح للتخيير

"berlakunya sesuatu pada waktu kedua karena yg demikian pernah berlaku pada waktu pertama karena tidak ada yg patut untuk mengubahnya".

Dan jika lihat kepada orang yg mengharamkan rokok dengan selalu memakai dalil ayat al Qur’an

ولا تلقوا بايديكم الى التهلكة,

padahal ayat tersebut jika kita lihat dari tafsir al Nisbah التهلكة atau kebinasaan adalah menyimpang atau hilangnya nilai positif yg melekat pada sesuatu, tanpa diketahui kemana perginya, inti dari tafsir al Misbah adalah ayat ini menceritakan tentang orang yg tidak mau menafkahkan hartanya,

"Jika kalian tidak menafkahkan harta kalian dijalan allah maka kalian menjatuhkan diri kalian sendiri kedalam kebinasaan". Kita lihat lagi dari tafsir ibnu katsir dari sahabat Nu’am bin Basyir ra kalimat التهلكة adalah seseorang yg berdosa lalu ia berkata bahwa allah tidak mengampuninya.

Kita lihat lagi dari Hadits Bukhori ayat ini turun berkenaan tentang nafkah. Kita lihat lagi dari at Tirmidzi, Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Hibban bahwa التهلكة adalah orang yg terlena oleh harta dan meninggalkan jihad".

Dan ada juga ayat yg sering digunakan adalah
al 'Araf ayat 157

ويحل لهم الطيبت ويحرم عليهم الخبئث

"Menghalalkan apa-apa yang baik” adalah menghalalkan segala sesuatu yang baik yg diharamkan oleh bani israil dan kaum jahiliyah sebelum kedatangan islam dan “mengahramkan apa-apa yg buruk” adalah sesuatu yg telah diharamkan seperti: babi, darah, bangkai, dll.. dan allah tidak mengharamkan sesuatu nash kecuali itu adalah buruk".

Kalangan ormas NU (Nahdhotul 'Ulama) mengambil kesimpulan bahwa rokok adalah makruh lighoirihi, karena jika memang rokok itu haram karena ada unsur mudhararnya (suatu unsur yang datang dari luar).

Dengan demikian rokok haram hanya bagi orang yg seandainya ia merokok akan terkena "mudarat", tidak haram atas orang lain karena mudharat itu ada karena memang orang yg menghisap rokok tidak cocok dengan dirinya, namun jika itu tidak ada mudharat maka hukum tersebut sebatas makruh.

Pada prinsipnya "selama tidak ada hal yang patut mengubahnya maka hukum sebelumnya tetap berlaku”.

HARAMNYA ROKOK: sekolompok ulama telah mengharamkan rokok di antaranya adalah Syaikh asy syihab al Qalyubi, ia meletakkan rokok pada bab najis dalam hasyiyah-nya atas kitab karangan al Jalal al Mahali yg mengomentari kitab al Minhaj nya Imam an Nawawi:

Setiap benda cair yg memabukkan seperti arak dan sejenisnya adalah najis, dia berkata lagi bahwa rokok adalah punya sifat candu dan salah satu efeknya adalah membuka saluran tubuh sehingga mempermudah masuknya penyakit berbahaya ke dalam tubuh, oleh karena itu merokok kerap kali menimbulkan lesu, sesak nafas ataupun gejala lain yang sejenis.

Sedangkan al Muhaqqiq al Bujairimi pada fasal tentang makanan dalam hasyiyahnya atas kitab al Iqna fi Syarh Matn Abi Syuja dia berkata:

"Mengkomsumsi sesuatu yang dapat membahayakan badan atau pikiran hukumnya adalah haram, kaidah ini berkonsekuinsi pada diharmkannya rokok.

Masih banyak juga kitab-kitab karya ulama yg mengharamkan rokok.
Sedangkan yg biasa dipakai oleh orang-orang yang mengharamkan rokok adalah ayat surat al Baqarah ayat 195

ولا تلقوا بايديكم الى التهلكة ,

padahal التهلكة asal artinya adalah segala sesuatu yg berakibat atau mendatangkan kebinasaan, bahwa jika ayat tersebut dijadikan dalil untuk pengharaman rokok kurang tepat, karena tidak ada dalil yg eksplisit/kongkrit menjelaskan tentang rokok tersebut dan juga karena asbabun nuzul ayat tersebut bukan untuk pengharaman rokok akan tetapi bagaimana "manusia yg enggan menafkahkan hartanya untuk segera menafkahkan hartanya karena jika tidak kebinasaan akan menimpa dirinya” dan dalam ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk berlaku ihsan karena kata ihsan yg mempunyai makna memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil (tafsir al misbah), bukan mengajarkan kita untuk mengharamkan rokok.

Menurut saya yg tepat adalah “KEMBALI KEPADA DIRI MASING-MASING DALAM MENYIKAPI HAL INI” dan juga yang perlu digarisbawahi adalah setiap landasan/perbuatan kita jangan hanya semata taklid dalam artian berani berkomentar tapi tidak tau dalilnya, karena dalam kaidah

الدعوة بدون البينة لم تسمع

“Jika seseorang itu mengajak kapada suatu hal tapi tidak ada dalil/hujjah maka janganlah di dengar” dalam artian setiap ucapan/landasan kita diiringi pula dengan dalil. Dan juga ada kaidah dalam kajian ushul fiqih

الحكم يضر مع علته

"Hukum beredar bersama alasannya”.

Wallohu'alam

Semoga menambah wawasan.

Shahih Mana Bukhari atau Muslim

Abad ketiga hijriah (era setelah para imam Madzhab) merupakan masa keemasan dalam dunia keilmuan Islam secara umum dan dalam dunia periwayatan hadis secara khusus. Pada abad ini, hidup pakar² hadis terkemuka setaraf , Ishaq bin Rohuwiyah, Ali bin al Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Ismail al Bukhari, Muslim bin al Hajjaj, Abu Zur’ah ar Razi, Abu Hatim ar Razi dan masih banyak lagi. Pada abad ini pulalah, terlahir karya² fenomenal dalam bidang hadis semisal kutubus sittah ( enam kitab pokkok hadist) :

Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abi Dawud, Jami’ Tirmidzi, Sunan Nasai dan Sunan Ibnu Majah.

Kitab yg ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhari ini adalah kitab hadis pertama dalam sejarah Islam, yg secara khusus memuat riwayat² shahih dari Nabi Muhammad saw tanpa ada campuran hadis² lemah.

Beberapa lama setelah kemunculan Shahih Bukhari, muncul pula kitab shahih yg tidak kalah fenomenal dari kitab sebelumnya. Kitab shahih Muslim yg penulisnya adalah murid dari Imam Bukhari sendiri, yang bernama Muslim bin al Hajjaj al Qusyairi an Naisaburi.

Kedua kitab ini merupakan salah satu referensi utama dalam segala bidang keilmuan Islam baik itu tafsir, fiqih, aqidah, sejarah dll... Begitu pentingnya kedua kitab ini hingga para ulama dari zaman ke zaman pun berlomba-lomba untuk mengkaji, men-syarah, hingga membuat ringkasan dari dua kitab yang penuh berkah ini.

Kebanyakan orang tentu sudah memahami bahwa kedua kitab ini adalah ashahhul kutub ba’dal quran (kitab paling shahih setelah al Quran).

Shahih Bukhari lebih unggul atau Shahih Muslim ,??”
-Di dalam Shahih Bukhari terdapat lebih dari 7.000 hadits termasuk yg diulang di dalam 97 jilid buku. Sedangkan di dalam Shahih Muslim jumlahnya sekitar 7500 hadits termasuk pengulangan dalam 57 jilid.

Kedua kitab tersebut belumlah merangkum semua hadits shahih yang ada. Bukhari berkata:

" Aku tidak memasukkan dalam kitabku, yakni al Jami’ (Shahih Bukhari), kecuali yg shahih² saja. Ada hadits-hadits shahih yg lain tidak aku masukkan karena terlalu panjang.


Sementara imam Muslim berkata:

"Tidak semua hadits shahih kucantumkan di situ, aku hanya mencantumkan hadits-hadits yg telah disepakati (keshahihannya).”

- Dari 620 orang perawi yg terdapat di dalam sahih Muslim160 orang yg kredibilitasnya dipersilisihkan oleh para ulama. Adapun dalam Shahih Bukhari, terdapat 435 perawi dari jumlah 435 tersebut, hanya 80 orang yg kredibilitasnya diperselisihkan oleh para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa Imam Bukhari lebih selektif dalam memilih jalur periwayatan.

Berbeda halnya dengan para perawi yg mendapat kritik yang ada dalam Shahih Muslim, kebanyakan tidak sezaman dengan Imam Muslim.

- Bukhari mensyaratkan bertemunya dua perawi secara strukktural sebagai guru & murid dalam hadist mu'anam agar dapat di hukumi bawhwa sanadnya bersambung,
Sementara muslim mencukupkan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi dalam sebuah tadlis/ duduk ( bertemunya rawi).
Dalam hal ketersambungan sanad, Imam Muslim berpendapat bahwa riwayat mu’an’an (sebuah riwayat yang ada indikasi ketidak-bersambungan sanad hadis meski tidak selalu terbukti demikian), dianggap bersambung selama kedua perawinya sezaman dan ada kemungkinan untuk saling bertemu.
Sedangkan Imam Bukhari tidak mau menerima riwayat mu’an’an tanpa ada bukti yang menunjukkan bahwa kedua perawinya pernah saling bertemu. Dalam perkara ini imam Bukhari sangat ketat jika dibandingkan dengan madzhab( baca; pemikiran) Imam Muslim.

Sementara menurut al Hafiz Ibnu Hajar pendapat yg berpihak keunggulan sahih Muslim beralasan, Muslim lebih hati² dalam penyusunan kata dari redaksinya, dan juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana yg Bukhari lakukan.

Sehinnga banyak dikemudian hari bermunculan kitab² syarah Muslim diantaranya di lakukan oleh imam an Nawawi.
Hadits yg ke shahihannya disepakati oleh keduanya, Bukhari & Muslim, disebutkan dalam istilah hadits "Muttafaqun ’alaih".
Terdapat pula kitab shahih yg disusun berdasarkan syarat dan metode penyusunan Imam Bukhari dan Muslim. Disebutkan dengan hadits yang shahih menurut syarat Bukhari atau Muslim, namun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya ( blm sempat menyelesaikan), diant arakitab tersebut adalah kitab Mustadrak karya al Hakim, sahih Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah.
Imam Nawawi berkata, "Maksud perkataan para muhaddits, "sesuai syarat (kriteria) keduanya atau salah satunya", adalah bahwa para periwayat sanad tersebut terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim atau salah satunya, karena keduanya tidak memiliki (tidak menetapkan) syarat dalam kitab keduanya dan tidak pula dalam selain kitab keduanya.”

Meski demikian, perlu kita catat bahwa penilaian ini hanya bersifat global dan tidak terperinci. Artinya penilaian ini tidak menunjukkan bahwa setiap hadis yg tercantum dalam Shahih Bukhari lebih kuat dibanding hadis-hadis yg ada dalam Shahih Muslim atau sebaliknya Terkadang hadis dalam Shahih Muslim bisa lebih kuat jika dibandingkan sahih Bukhari . Hanya pada umumnya hadist periwayatan Bukhari lebih tinggi dari hadist riwayat Muslim.


Wallahu A’lam.