Sikap lalai dan durhaka kepada semua perintah Allah Subhanahuwata'alaa adalah penyakit yang sudah tersebar merata dalam kehidupan kaum muslimin sekarang ini.
Banyak faktor penyebabnya, namun semuanya bermuara kepada dua hal penting Lemahnya ilmu dan keyakinan untuk berdzikir kepada Allah.
Dan Dua hal yang akan melemahkan ketajaman mata batin dan kesabaran :
1. Gagal menggunakan indera
kelalaian dan Kedurhakaan terhadap perintah-perintah Allah adalah bentuk tindakan pengabaian hal-hal utama dan penting karena sibuk memperhatikan dan mengerjakan perbuatan yang lebih rendah nilainya.
Kelalaian dan Kedurhakaan muncul karena kekurangyakinan tentang akhirat dan kesalah pahaman tentang nilai dzikir kepada Allah.
Hanya secuil bahkan sama sekali tidak ada ilmu tentang akhirat yang kita miliki, menjadikan perbandingan nilainya dengan dunia menjadi bias. Padahal sejatinya keduanya tidak layak untuk dibandingkan.
Rasulullah Shalallahu'AlaihiWassalam bersabda, yang artinya :
" Tidaklah (bernilai) dunia (jika) dibandingkan akhirat, melainkan hanyalah salah seorang dari kalian yang memasukan jari telunjuk ke dalam laut, kemudian lihatlah berapa yang terbawa? (HR. Ahmad)
Tapi karena lemahnya pemahaman dan mabuk dunia, kita mengabaikan informasi penting. Hingga pengejaran kenikmatan duniawi menjadi pekerjaan utama kita didalam hidup, bahkan menjadi agenda utama, tanpa pernah kita merasa bersalah.
Karena bagi kita, inilah yang terpenting yang harus kita lakukan. Meski berbagai kepayahan dan penderitaan menyertainya, kemabukan terhadap dunia telah menenggelamkannya.
Akhirnya, pikiran tumpul untuk memikirkan akhirat, sehingga kitapun salah memilih fokus dan prioritas dalam hidup. Kita memang berpikir dengan akal, melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga, namun bukan pada hal-hal yang seharusnya.
Kita gagal memahami, melihat dan mendengarkan bukti-bukti hidayah yang semestinya membawa kita kepada iman dan keyakinan.
Allah Subhanahuwata'alaa berfirman :
(QS. Al-Araaf: 179)
(QS. Al-Araaf: 179)
2. Meremehkan maksiat
Sering kali hati merasakan betapa seringnya melakukan kesalahan menggunakan potensi diri yang menyebabkan pemahaman menjadi berat sebelah. Mungkin mulut sangat pandai berbicara tentang dunia beserta tetek bengngeknya secara rinci, namun sangat bodoh tentang akhirat.
Padahal Allah Subhanahuwata'alaa berfirman, yang artinya :
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
(QS. Ar-Ruum: 7)
(QS. Ar-Ruum: 7)
Ketidakseimbangan inilah menyebabkan kesibukan yang bertubi-tubi, namun sama sekali tidak berarti. Jiwa yang merasa hampa dan jauh dari ketenangan dan kedamaian.
Jiwa hanya terlalu memprioritaskan hal-hal yang mubah, bahkan yang haram dan maksiat, namun tidak merasa telah melakukan kelalaian dan Kedurhakaan terhadap Allah Subhanahuwata'alaa.
Bahkan menjadi malas beribadah, juga lemah dalam menghadapi godaan maksiat. Seakan diri seperti memasuki lingkaran setan yang tidak berkesudahan, dan jauh dari amalan-amalan yang seharusnya menjadi pendamping dalam menjalani kehidupan ini.
Untuk tujuan duniawi, seringkali menghalalkan dosa-dosa hingga yang terbesar sekalipun. Sedang ancaman neraka hanyalah ibarat gumam yang lirih dan tidak jelas.
Sebenarnya perasaan mulai merasa terhina saat lalai dan durhaka tentang akhirat, karena semua itu terbukti dari banyaknya maksiat yang di lakukan.
Dan inilah yang lahir dari kelalaian dan Kedurhakaan terhadap perintah-perintah Allah, yang di alami. Ibarat tanaman yang ditumbuhkan karena air tetapi kemudian kebakaran yang berasal dari api yang menghanguskan semua kebaikan yang seharusnya mulai tumbuh :
- Hidayah terasa semakin menipis, bahkan terkadang tidak mau mendekat sama sekali.
- Cara pandang tentang suatu kebaikan terasa tidak pernah benar, karena kebenaran yang seharusnya menjadi panutan akan selalu tertutup
- Hati terasa tidak berdaya untuk memerintahkan anggota rubuh untuk melakukan kebaikan, mungkin juga karena hati yang telah mulai rusak.
- Bahkan rangkaian kalimat agung yang seharusnya menjadi penenang jiwa dalam menapaki setiap sisi kehidupan berupa Dzikir terus melemah.
- Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan kebaikan terbuang sia-sia.
- Hati yang semakin jauh dari keberkahan yang telah dilimpahkan, karena jauh dari kewajiban yang Allah perintahkan.
- Hubungan antara diri dengan Rabb terasa semakin tidak terarah karena keakraban dengan larangan dari Illahi Rabbi yang seharusnya di hindari.
- Apa yang di Do'akan mungkin terabaikan dan terasa sia-sia karena ketidak berdayaan untuk mematuhi segala apa yang seharusnya dikerjakan.
- Bahkan Hati yang seharusnya lembut dengan penuh kesantunan ikut mengeras karena banyaknya tutur kata yang kasar yang selama ini diucapkan.
- Berkah yang seharusnya menghampiri dari halalnya rizki semakin tidak terlihat pada setiap perjalanan usia dan terasa dihapuskan.
- Kesulitan demi kesulitan yang didapatkan ketika berusaha mendapatkan ilmu demi untuk memperbaiki taraf hidup yang semakin susah.
- Adanya perasaan terhina yang selalu di rasakan pada diri yang mungkin sebab dari perbuatan dosa yang dilakukan.
- Penghinaan oleh orang-orang yang tidak senang dengan keberadaan diri terasa nyata bahkan selalu terbawa dalam setiap langkah kaki.
- Dada tempat dimana nikmatnya menghirup udara segar menjadi sesak karena ketidakmampuan diri dalam mencerna setiap sisi ajaran kebenaran.
- Ujian semakin menggila dalam perjalanan hidup karena selalu mengutamakan kesetiakawanan dengan teman-teman yang bermoral bejad.
- Kegundahan dan kekacauan serta kesemrawutan dalam memecahkan persoalan yang menyakitkan terasa tak pernah berhenti.
- Kehidupan demi kehidupan yang terasa hampa dan hanya lamunan yang sebenarnya hanya membuat hati semakin sengsara.
- Perasaan demi perasaan selalu mendera didalam dada dan hanya rasa ketidaknyamanan dari hati yang selalu perih.
Jika pengabaian akan akhirat ini terjadi dalam diri, dengan sebab Kedurhakaan dan kelalaian, tentulah hal ini sangat berbahaya. Karena berarti telah banyak kesalahan yang di lakukan.
Mulai dari kesalahan identifikasi amalan yang seharusnya di lakukan.
Kesalahan penggunaan potensi yang dimiliki kearah yang keliru.
Hingga kesalahan penyusunan prioritas program hidup bahagia.
Kesalahan penggunaan potensi yang dimiliki kearah yang keliru.
Hingga kesalahan penyusunan prioritas program hidup bahagia.
Setelah melakukan kelalaian dan Kedurhakaan dan jiwa sudah bosan dengan Kedurhakaan itu sendiri, maka jiwa itu akan kembali melakukan perbuatan dosa sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesempitan, keresahan dan kegundahan yang ada didalam dada.
Menghapuskan pikiran didalam jiwa dengan melakukan kelalaian dan Kedurhakaan terhadap perintah-perintah Allah Subhanahuwata'alaa yang telah menyebabkan pikiran sebelumnya adalah dampak yang timbul dari dosa dan maksiat yang ada didalam hati.
Jangan juga di lupakan, bahwa ada setan yang senantiasa menyesatkan manusia.
Allah Subhanahuwata'alaa berfirman, yang artinya :
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir: 6)
Untuk itu selain mengenali dan mewaspadai berbagai bentuk tipu daya setan, mintalah petunjuk dan kekuatan dari Allah Subhanahuwata'alaa agar hati kita selalu terjaga, juga agar hati kita yang lemah menemukan kekuatannya.
Bukankah tiada daya dan upaya selain Allah? Agar ketenangan hati bukan lagi hanya sekedar angan apalagi mimpi.
Karenanya, cara paling ampuh untuk mengurangi beban pikiran pikiran itu hanyalah,
mengisi jiwa yang kosong dengan melakukan istighfar dan bertaubat.
Mengisi jiwa yang kosong, juga bisa dengan mempertebal ilmu tentang akhirat, membuka mata dan telinga serta membuka hati dengan selebar-lebarnya dan juga dengan tafakur.
Selain itu, mengurangi kesibukan untuk memperbanyak ibadah, istighfar, dan menjauhi hal-hal yang haram harus kita lakukan agar menjadi hamba yang benar dalam penghambaan.
Rasulullah Shalallahu'AlaihiWassalam bersabda, yang artinya :
"Jauhilah yang haram, niscaya engakau menjadi orang yang paling baik dalam penghmbaan". (HR. Ahmad)
Disisi lain, hati juga tidak boleh meremehkan teman-teman pergaulan, sebab seringkali mereka juga turut andil membentuk standar penilaian diri tentang yang remeh dan penting, yang hina dan mulia, juga yang salah dan yang benar.
Kesemuanya tentu saja akan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Allah Subhanahuwata'alaa berfirman, yang artinya :
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
(QS. Al-kahfi: 28)
(QS. Al-kahfi: 28)
Setan juga berperan
Jangan juga kita lupakan, bahwa ada setan yang pandai menipu akan senantiasa menyesatkan manusia dengan kenikmatan dunia.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya :
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. Fathir: 5)
Hebatnya, setan tidak menyesatkan manusia secara langsung tetapi bertahap, pelan namun pasti dan tidak kenal lelah agar manusia kemudian menyerah, sehingga lalai dari kewajibannya terhadap Yang Maha Kuasa.
Untuk mencapai hal ini, iblis pernah berpesan kepada pasukannya agar mempergunakan pasukan kelalaian dan pasukan hawa nafsu dengan cara apapun. Inilah dua kekuatan yang sangat luar biasa yang saling menguatkan guna mencapai tujuan.
Dengan kelalaian manusia mudah menuruti hawa nafsu, sedang dengan hawa nafsunya manusia mudah lalai hingga mengingkari kewajibannya kepada Allah dan mengingkari akan adanya hari akhir. Tidak ada cara yang lebih menjanjikan dengan hasil melebihi cara ini. Sebab jika hati sudah melalaikan Allah, maka akan mudah dibujuk dan diperdaya.
Untuk itu, selain mengenali dan mewaspadai berbagai bentuk tipu daya setan maka yang harus dikerjakan adalah senantiasa memohon petunjuk dan kekuatan dari Allah, agar hati kita senantiasa selalu terjaga dalam mengingat Allah, sehingga hati kita yang lemah juga menemukan kembali kekuatannya. Dan terjaganya hati bukan hanya sekedar angan apalagi mimpi.
Bukankah tiada daya dan upaya selain pertolongan dari Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar