Sebuah celah terkadang akan memberikan solusi yang sangat berharga ketika sedang bersusah payah mencari jalan keluar dari perangkap waktu yang mengancam kebebasan.
Dan ketika kebebasan sudah dirasakan maka tidak ada lagi perasaan tertekan, dan disaat itu pula kita sudah tidak lagi memikirkan siapa yang memberi kebebasan hingga kenikmatan bisa dirasakan. Dan yang ada hanyalah kepuasan untuk mempergunakan keleluasaan dalam menikmati kemerdekaan.
Itulah manusia tanpa budi,
betapa tidak, Allah Subhanahuwata'ala telah memberikan segala anugerah kepada siapa saja tanpa pilih kasih. Setiap detik berapa banyak oksigen yang telah dihirup, dan setiap detik itu pula manusia menyambung hidup.
Tetapi malang, di celah-celah kehidupan itu pula manusia tanpa sadar telah berbuat durhaka kepada sang Pencipta. Rasa syukur yang seharusnya tercurahkan atas semua nikmat yang telah diraih telah sirna tertutup oleh nafsu untuk menikmati sepuas-puasnya kebebasan.
Dan ketika hati nurani perlahan meraih kesadarannya ternyata hanya penundaan dengan mengedepankan kata-kata " NANTI" yang selalu terlukis pada makna sebuah janji.
Seolah-olah engkau merasa masih menjadi seorang yang suci, apa yang dilakukan seakan-akan tidak akan dipertanyakan. Dengan membiaskan perbuatan dosa yang telah engkau lakukan dan meyakini itu semua pada akhirnya nanti tinggal meminta ampunan, padahal Allah Maha Tahu segala-galanya.
Dengan sengaja engkau membuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya, dan lebih mengedepankan kesibukan dunia dengan berpura-pura bahwa apa yang engkau lakukan adalah sebuah perjuangan sebagai bekal akhirat.
Engkau hidup menelusuri waktu memang memerlukan makanan, dan Allah-pun masih memberi engkau kenikmatan untuk bisa menyantap segala makanan yang telah Allah berikan. Tetapi disaat itu pula engkau durhaka kepada-NYA, dengan melupakan segala apa yang menjadi kewajiban. Suara Adzan di waktu dhuhur bukan engkau anggap sebagai pertanda waktu shalat, tetapi hanya sebagai pertanda istirahat dan waktu untuk makan.
Engkau telah melupakan siapa yang memberi makan dan siapa yang memberi kenikmatan beristirahat setelah lelah bekerja.
Diwaktu engkau sakit, maka tak henti-hentinya engkau berdoa memohon kesembuhan. Dan dengan segala kebaikan-NYA Allah menyembuhkan penyakit yang engkau derita. Dan berangsur-angsur pula kesehatan yang engkau dambakan terpenuhi, dan bertambah segar tubuh engkau serta akhirnya dapat beraktifitas dan bekerja, membangun masa depan.
Tetapi di dalam bekerja dan membangun untuk kemajuan taraf hidup, disitulah engkau mendurhakai Allah, dengan melupakan siapa yang memberi kesehatan, tubuh segar, rizki lancar dan kehidupan yang semakin maju.
Engkau hanya selalu mengedepankan kehidupan duniawi dengan membiaskan kehidupan akhirat, serta dengan kepura-puraanya engkau meyakini bahwa apa yang engkau cari hanya untuk bekal diakhirat nanti tanpa pernah mau tahu jalan pasti yang telah Allah tunjukkan.
Sudah berapa banyak kepura-puraan yang engkau lakukan dengan membiaskan dosa yang engkau perbuat tanpa pernah mau peduli untuk menyadarkan hati nurani.
Sudah berapa banyak kebohongan yang telah engkau maknai dengan senjata ungkapan sebuah kata "NANTI" yang belum tentu engkau tepati, sebagai pengganti pertaubatan yang seharusnya dilakukan.
Betapa engkau telah meremehkan ketauhidan dari kewajiban yang seharusnya dikerjakan, dengan mengulur-ulur waktu yang terus berputar, seakan-akan engkau pasti mampu mewujudkan khayalan bahwa masih ada masa untuk bertaubat di akhir nanti.
Apakah engkau tidak malu kepada Tuhan?
Mengapa engkau tidak berfikir satu masa nanti engkau akan menemui-Nya
Segala nikmat akan ditanya sekalipun sebesar biji gandum, lantas bagaimana nanti engkau hendak menjawabnya?
Mengapa kecerdikan akal engkau miliki itu tidak boleh memikirkan tentang nasib engkau diakhir nanti?
Apalah artinya cerdik tapi tidak dapat menyelamatkan diri engkau di hari kebangkitan nanti.
Sadarkan diri engkau sekarang juga, sebelum ajal menjemputmu sebelum waktu pertaubatan yang engkau janjikan tak mau lagi menunggumu.